Dimulai dari sejak awal Januari 2025, Gunung Merapi dilaporkan kembali mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang sangat signifikan dari bulan-bulan sebelumnya. Akibat letusan gunung tersebut diketahui mengeluarkan abu vulkanik yang setinggi 1 kilometer, dengan amplitudo maksimal yang dikeluarkan mencapai 30,3 mm.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengeluarkan peringatan bahwa gunung sudah mencapai tingkat kewaspadaan dari level (II) menjadi level Siaga (III). Sejak awal tahun dicatat, peningkatan status ini didasari oleh intensitas erupsi yang semakin meningkat, dan resiko bahaya yang lebih besar.
Tidak lama ini, Gunung Marapi kembali erupsi pada Rabu, (22/1/2025), sekitar pukul 19:29 WIB. Letusan gunung tersebut, terjadi diiringi dengan hujan abu vulkanik yang sangat tinggi di area yang terdampak dengan letusan Gunung Marapi.
Kronologi Letusan Terbaru
Peningkatan aktivitas vulkanik marapi dimulai ditunjukkan dari awal Januari 2025, dengan erupsi besar yang pertama kali terjadi pada 4 Januari. Ledakan itu terjadi sekitar pukul 09:43 WIB, dan pada kejadian ini, kolom abu diperkirakan mencapai ketinggian hingga 1 km.
Intensitas abu yang ditimbulkan akibat ledakan Gunung Marapi sangat tebal, dan lebih condong ke arah utara, serta timur laut. Ledakan yang berdurasi 1 menit 40 detik tersebut, mencatatkan amplitudo maksimum 30,3 MM, data ini diambil dari data seismograf tercatat.
Erupsi kedua dari Gunung Marapi terjadi pada 20 Januari 2025, yang diiringi dengan suara dentuman yang keras dari puncak gunung. Pada tanggal 21 Januari, Gunung Marapi, kembali mengeluarkan abu vulkanik, namun kolom abu tidak diketahui, karena saat itu tertutup oleh kabut.
Erupsi terakhir dari Gunung Marapi saat artikel ini dibuat, kembali terjadi terjadi pada Rabu (22/1/2025), yang berdurasi 30 detik. Ledakan tersebut terjadi dengan ketinggian kolom letusan hingga 2.891 meter dari atas permukaan laut (MDPL), dengan amplitudo maksimum 30.7 mm.
Peningkatan Status Bahaya
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dengan resmi mengeluarkan peringatan dari tingkat bahaya erupsi Gunung Marapi sejak Januari ini. Status Gunung Marapi yang sebelumnya di level waspada (II), ditingkatkan menjadi level siaga (III) pada 9 Januari 2025 Pukul 18:00 WIB.
Kebijakan ini diambil setelah melakukan pengamatan dengan hasil yang menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik, intensitasm dan frekuensi erupsi yang signifikan dari gunung tersebut. peningkatan status bahaya, juga di dasari dari data visual yang dapat dilihat saat gunung tersebut menunjukkan asap kawah berwarna abu.
Ketinggian kabut diprediksi mencapai ketinggian mencapai 700 meter dari atas puncak gunung, kondisi juga diperparah dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Karena cuaca ekstrim yang tidak menentu seperti hujan dan angin yang kencang, semakin menambah resiko dari bahaya sekunder mungkin terjadi.
Bahaya sekunder yang diperkirakan akan terjadi karena kondisi cuaca yang tidak menentu seperti lahar dingin dan hujan abu vulkanik. Dengan status bahaya yang sudah ditingkatkan, masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas dari radius 4.5 km dari pusat letusan di kawah Verbeek.
Dampak Erupsi Bagi Masyarakat
Erupsi Gunung Marapi memberikan dampak bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar kawasan erupsi, dari hujan abu signifikan yang ditimbulkan. abu yang ditimbulkan langsung menutupi atap rumah, lahan pertanian, sumber air bersih, memperpendek jarak pandang, dan menganggu pasokan air bersih.
Selain berdampak pada aktivitas sehari-hari masyarakat, erupsi ini juga memberikan ancaman bahaya dari lahar dingin yang menjadi perhatian utama selama musim hujan. PVMBG telah memperingatkan warga sekitar lembah dan bantaran sungai yang berhulu di Gunung Marapi agar waspada dari potensi banjir lahar.
Banjir lahat yang mungkin terjadi, diprediksi dapat membawa material vulkanik bekas erupsi gunung ke wilayah pemukiman masyarakat di sekitar kawah. Jika hujan abu vulkanik terjadi sesuai yang diprediksi, warga sekitar diharapkan menggunakan masker dan pelindung mata ketika beraktivitas diluar rumah.
Kebijakan ini diterapkan, karena dianggap penting untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat terkena paparan abu vulkanik secara langsung. Beberapa gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul karena terpapar abu vulkanik secara langsung seperti menyebabkan iritasi pernapasan dan mata.
Arahan Bagi Masyarakat untuk Menjauhi Area Berbahaya
Untuk mengurangi potensi bahaya dari aktivitas Gunung Marapi, PVMBG sudah mengeluarkan beberapa peringatan bagi warga untuk menjauhi kawasan sekitar gunung.Warga sekitar diminta untuk selalu mengikuti arahan yang sudah ditetapkan, yaitu untuk menjauhi area yang sudah ditandai atau radius bahaya.
Pemerintah daerah dan pihak yang berkaitan, akan menyediakan saran air bersih yang memadai dalam kebutuhan, dan beberapa keperluan sehari-hari lainnya. Koordinasi antarinstansi juga akan menjadi kunci dalam menjaga kondusivitas dan kesejahteraan bagi masyarakat yang menjadi korban dari erupsi Gunung Marapi.
Seluruh informasi resmi yang dikeluarkan oleh PVMBG ataupun pemerintah setempat merupakan acuan utama atau pemberitahuan terbaru dari aktivitas vulkanis Marapi. Warga sekitar diminta untuk tidak menyebar maupun mempercayai informasi apapun yang kebenarannya masih belum di nyatakan oleh PVMBG dan pemerintah.
Baca Juga: Kebakaran Hebat di Kawasan Padat Penduduk Kemayoran