Proses evakuasi 7 orang pekerja PT Freeport Indonesia yang terjebak di tambang bawah tanah mengalami beberapa kendala yang menyulitkan prosesnya. Tim penyelamat diturunkan ke Tambang Grasberg Block Cave (GBCO, Mikmika, Papua Tengah demi menyelamatkan ke-7 pekerja yang terjebak didalam tambang.

Sampai hari ini, proses pengevakuasian masih belum memberikan hasil yang baik, sebab kondisi sekitar tambang yang berpotensi mengalami longsor susulan. Agar memudahkan proses evakuasi, seluruh aktivitas produksi tambang terpaksa dihentikan agar semua pihak bisa berfokus dalam melakukan penyelamatan kepada korban.

Agar tidak mendapatkan kendala ketika proses penyelamatan sedang berlangsung, tim penyelamat telah melakukan komunikasi dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia. Tim pengelola tambang seperti Kepala inspektur tambang dan juga Direktur juga berada di lokasi untuk memastikan penyelamatan bisa dilakukan dengan cepat.

Dibalik upaya yang dikerahkan untuk menyelamatkan pekerja yang terjebak, tim Manajemen Freeport mengaku prosesnya tidak semudah yang dibayangkan oleh mereka. Selama proses penyelamatan, tim penyelamat harus mempertaruhkan nyawa terhadap seluruh resiko yang bisa terjadi kapan saja, sebab kondisi tambang yang ekstrem.

Tantangan Evakuasi

Manajemen Tambang

VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia, Katri Krisnati menjelaskan tantangan yang dialami dalam proses penyelamatan pekerja yang terjebak di bawah tanah. Tim penyelamat masih terus berupaya untuk membuka akses menuju titik koordinat terakhir ke-7 pekerja tambang sebelum akhirnya dinyatakan hilang kontak.

Dalam proses penyelamatan, alat-alat berat dan juga bor diturunkan ke lapangan dan terus bekerja tanpa henti demi bisa membuka akses. Namun proses penyelamatan tidak bisa berjalan dengan lancar, sebab ada banyak tantangan dan resiko yang harus dihadapi oleh tim penyelamat.

Tantangan terbesar dalam melakukan proses evakuasi adalah besarnya volume material basah yang masih aktif sehingga alat berat tidak bisa bergerak sembarangan. Selain itu, faktor cuaca juga semakin mempersulit proses pengevakuasian pekerja yang terjebak di tambang bawah tanah milik PT Freeport Indonesia.

Bahkan, jika akses masuk berhasil dibuka oleh tim penyelamat, mereka masih perlu membersihkan material sisa yang pastinya akan memakan waktu. Meski tau terhadap resikonya, PT Freeport Indonesia mengaku tidak akan mudah menyerah dalam menyelamatkan pekerjanya dan akan terus berusaha dengan maksimal.

Masih Belum Menemukan Kepastian

Menanggapi kondisi lapangan yang masih belum menemukan titik terang, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto menyatakan masih belum ada kepastian. Sampai saat ini, keselamatan pekerja yang terjebak di dalam tambang bawah tanah masih belum bisa dipastikan hingga mereka benar-benar ditemukan.

Sugeng bahkan sudah menghubungi Direktur Utama (Dirut) PT Freeport Indonesia, Tony Wenas untuk mendapatkan informasi terbaru dari kondisi para pekerja. Sugeng juga menjelaskan, titik koordinat para pekerja yang terjebak sulit untuk ditemukan sebab sudah lost contact sejak dua hari lalu.

Menurutnya hal tersebut tentu akan mempersulit tim penyelamat dalam menyelamatkan para pekerja yang terjebak, sebab tidak ada titik koordinat pasti. Ia menduga kemungkinan komunikasi dengan para pekerja terputus sebab alat komunikasi yang mereka gunakan kehabisan baterai atau mungkin kehilangan sinyal.

Meski masih belum ada titik terang terkait pekerja yang tertimbun di dalam tambang bawah tanah, Sugeng memastikan bahwa pihak manajemen akan terus menginjeksi oksigen. Oksigen terus disalurkan kedalam tambang bawah tanah agar kemungkinan para pekerja yang tertimbun bisa diselamatkan dalam keadaan hidup semakin tinggi.

Pernyataan Menteri ESDM

Terkait permasalahan pekerja tambang yang masih belum berhasil dievakuasi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia buka suara. Ia menjelaskan bahwa longsor yang terjadi di area tambang bawah tanah milik PT Freeport Indonesia hingga menyebabkan 7 pekerja tertimbun benar adanya.

Ia juga mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut kepada Presiden Indonesia, Prabowo Subianto dalam sebuah rapat terbatas untuk membahas kelanjutan masalah tersebut. Usai melakukan rapat terbatas dengan Presiden Prabowo, Bahlil menegaskan bahwa ia mendapatkan persetujuan untuk segera mengirimkan tim penyelamat ke Timika.

Hingga saat ini Bahlil mengaku masih belum mendapatkan kabar baik terkait pencarian terhadap 7 orang pekerja tambang yang tertimbun longsor. Ia juga menambahkan, saat ini semua operasional tambang telah dihentikan dan semua fasilitas serta personel sedang difokuskan untuk mencari para korban.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Bahlil, titik tumpahan awalnya berasal dari area runtuhan bijih (Draw Point) yang berada di 20-West. Sekitar 400m lumpur dari Panel 23-East menuju Panel 28 West terpecah sampai ke titik-titik lain di level pengambilan bijih.

Identitas Korban

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerva) Kementerian ESDM, Tri Winanro merinci korban yang tertimbun dalam tambang bawah tanah. Tujuh pekerja yang menjadi korban 2 diantaranya merupaka WNA berkebangsaan Chili dan Afrika Selatan dan 5 lainnya adalah warga Indonesia.

Kementerian ESDM juga telah melakukan komunikasi dengan kedutaan besar (Kedubes) masing-masing negara terkait insiden tersebut. Setelah itu, Kedubes dari masing-masing negara akan menyampaikan kabar tersebut kepada pihak keluarga korban yang berada di Chili dan Afrika.

Baca Juga: Bali Kembali Banjir Setelah Diguyur Hujan Deras Semalaman