Dewi Astutik, wanita asal Indonesia yang diduga kuat menjadi otak dibalik penyelundupan sekitar 2 ton sabu berhasil diringkus oleh BNN (Badan Narkotika Nasional). Namanya telah lama masuk ke dalam daftar buronan internasional, karena keterlibatannya dalam jaringan narkotika berskala besar.
Penangkapan ini juga menandai akhir pelarian dari salah satu buronan kelas kakap yang paling dicari sejak 2024. Keberhasilan penangkapan ini menjadi tonggak penting bagi aparat hukum untuk membongkar seluruh jaringan yang selama ini bergerak di balik radar.
Perjalanan Menjadi Bandar Narkotika

Sebenarnya wanita asal Jawa Timur ini tidak langsung menjadi bandar narkotika, tetapi sebagai tenaga kerja wanita ilegal di Kamboja. Disana ia melakukan beberapa aktivitas ilegal seperti, penipuan digital atau scamming dan kegiatan gelap lainnya. Hingga di awal 2024, Dewi bertemu pria asal Nigeria berinisial DON yang dijuluki sebagai Godfather.
Dari sinilah pintu masuk menuju jaringan narkoba internasional mulai terbuka. Ia perlahan naik menjadi tokoh penting dalam jaringan narkoba lintas negara. Modus operasinya mencakup perekrutan kurir WNI yang berada diluar negeri hingga pengaturan distribusi barang ke berbagai wilayah, termasuk Asia dan Afrika.
Dalam sekali transaksi, diperkirakan nilainya bisa mencapai triliunan rupiah termasuk upaya penyelundupan sabu dalam jumlah besar menuju Indonesia. Tercatat wanita dengan nama asli Paryatin menjadi otak dibalik upaya penyelundupan 2,76 kg heroin Bandara Soekarno-Hatta tahun 2024 & 2 ton sabu di Riau pada bulan Mei 2025.
Menurut kepala BNN, Astutik alias mami menjadi aktor intelektual dalam aksi penyelundupan narkoba berskala besar dari jaringan Golden Triangle. Sebagai informasi, Golden Triangle merupakan wilayah yang sangat rawan peredaran narkoba meliputi Thailand, Myanmar, dan Laos.
Peran Dewi Astutik Dalam Jaringan Narkotika Internasional
Penangkapan Dewi Astutik menjadi titik balik penting dalam upaya penegakan hukum terhadap peredaran narkoba internasional. Dengan tertangkapnya salah satu aktor utama, aparat memiliki peluang lebih besar untuk memetakan aliran dana, jalur distribusi, hingga kelompok-kelompok lain yang terafiliasi.
Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan Dewi diperkirakan dapat membuka jalan bagi penangkapan aktor lain. Selain itu, keberhasilan operasi ini memperkuat kerja sama Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara dalam memerangi peredaran narkoba lintas batas.
Berdasarkan analisa dari BNN, Dewi Astutik bukanlah satu-satunya figur besar Indonesia yang mendominasi jaringan narkotika Internasional. Tercatat ada satu nama lagi yaitu, Fredy Pratama yang juga aktor besar dalam aktivitas narkotika kawasan Golden Triangle.
Tertangkap Di Kamboja-Sihanoukville
Penangkapan Dewi Astutik dilakukan di Kota Sihanoukville, Kamboja, melalui kerja sama antara Badan Narkotika Nasional (BNN), BAIS TNI, kepolisian Kamboja, serta dukungan diplomatik dari Kedutaan Besar Indonesia. Operasi ini memerlukan koordinasi intensif selama berbulan-bulan dan persiapan yang matang.
Mengingat Dewi dikenal kerap berpindah lokasi dan menggunakan berbagai identitas untuk menghindari pelacakan. Namun pada 17 November 2025, ada informasi dari intelijen bahwa lokasi target telah ditemukan. Hingga pada 25 November 2025 dikeluarkan surat perintah keberangkatan tim ke Kamboja untuk meringkus tersangka.
Tim Tiba Di Phnom Penh
Usai surat perintah dikeluarkan, operasi senyap yang melibatkan banyak pihak resmi dilaksanakan. Tim BNN tiba di Phnom Penh pada 30 November 2025 dan puncak operasinya berlangsung 1 Desember 2025. Begitu mengetahui target hendak menuju lobi di sebuah hotel Sihanoukville, tim bergerak cepat.
Tersangka berhasil diringkus di dalam mobil Toyota Prius putih bersama seorang laki-laki. Sebelum diamankan, petugas terlebih dahulu melakukan verifikasi identitas untuk memastikan bahwa target tersebut sesuai dengan DPO yang dicari. Operasi penangkapan berlangsung dengan senyap dan cepat, agar tidak menimbulkan gangguan publik.
Dipulangkan ke Indonesia
Setelah ditangkap, Dewi dibawa ke Phnom Penh untuk proses identifikasi dan administrasi sebelum akhirnya dideportasi ke Indonesia. Pemerintah Kamboja memberikan dukungan penuh, mengingat jaringan narkoba yang dikoordinasikan Dewi juga dianggap mengganggu stabilitas keamanan regional.
Rencananya Dewi akan menjalani serangkaian pemerikasaan mendalam sesudah tiba di Indonesia. Tujuannya untuk mengetahui alur pendanaan, pergerakan logistik, hingga pihak yang terlibat dalam jaringan narkoba internasional.
Kesimpulan
Penangkapannya Dewi Astutik menjadi bukti bahwa operasi lintas negara yang terencana mampu menjebol jaringan yang rumit dan berlapis. Keberhasilan ini juga menjadi sinyal keras bagi pelaku kejahatan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi mereka. Entah itu di dalam atau luar negeri mereka tetap akan dikejar dan diadili.
Meski demikian, pemberantasan narkoba tidak berakhir di sini. Aparat masih harus melacak sisa-sisa jaringan yang pernah ia pimpin agar tidak memunculkan tokoh-tokoh baru dimasa mendatang. Tapi setidaknya satu simpul besar telah terputus, memberikan harapan bahwa pemberantasan narkotika bisa bergerak lebih efektif kedepannya.
Dari kisah ini juga, kita bisa melihat betapa besar pengaruh lingkungan dalam mengubah karakter seseorang. Niat awal mencari nafkah di luar negeri malah berakhir menjadi bandar narkotika akibat salah pergaulan.
Baca Juga : Bupati Aceh Selatan Dicopot Usai Umrah Di Tengah Bencana!

