AS alami Inflasi karena kebijakan tarif Trump

Pimpinan Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell menilai dampak dari tarif ekonomi Trump akan sangat signifikan. Kemungkinan yang bisa terjadi akan jauh lebih besar dari yang telah diperkirakan, kemungkinan terburuknya adalah memicu inflasi presisten di AS.

Tarif yang diumumkan Trump menjadi yang paling tajam dalam lebih dari 100 tahun dan memicu kecemasan pasar dalam mencerna tarif. Kasus dasarnya adalah setiap inflasi tambahan yang disebabkan dari serangkaian tarif Trump akan bersifat sementara berbeda dari sikap yang diambil Powell.

Kongres menugaskan bank sentral untuk memaksimalkan lapangan kerja dan menjaga kestabilan harga agar tidak terjadi inflasi besar-besaran di Amerika Serikat. Dalam skenario yang mungkin terjadi, Powell akan melihat seberapa jauh dan berapa lama waktu dibutuhkan untuk memperbaiki salah satu masalahnya.

Jerome Powell juga menjelaskan langkah yang akan diambil The Fed untuk menanggapi ketidakpastian tarif impor Trump adalah mempertahankan suku bunga. Para pejabat The Federal Reserve akan melakukan pertemuan untuk membahas kebijakan suku bunga pada tanggal 6 dan 7 Mei 2025.

Inflasi Amerika Serikat

Karena kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Donald Trump, AS diprediksi akan mengalami inflasi yang cukup tinggi menghadapi tekanan ekonomi global. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh pimpinan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, pada Jumat (4/4/2025).

“Kini kami masih menghadapi prospek yang tidak pasti dengan resiko pengangguran cukup tinggi dan inflasi yang jauh dari perkiraan. Meski tarif berkemungkinan untuk menghasilkan kenaikan sementara dalam inflasi, ada juga kemungkinan dimana dampaknya bisa jadi lebih presisten,” ungkap Powell

Jerome Powell memberikan komentar ini beberapa hari setelah Trump mengumumkan peningkatan tarif AS yang paling tajam selama 200 tahun terakhir.Tarif yang diterapkan oleh Trump bahkan lebih tajam dari tarif ekspansif yang sudah diterapkan berdasarkan Undang-Undang Smoot-Hawley pada tahun 1930.

Untuk semua barang impor yang berasal dari AS akan dikenakan tarif sebesar 10% dan mulai berlaku Sabtu (5/4/2025). Selain tarif 10%, ada juga tarif impor yang lebih tinggi dan dijadwalkan akan berlaku pada tanggal 9 April 2025 mendatang.

Kecemasan Pasar Saham Global

Tarif impor Trump memiliki dampak yang lebih buruk dari yang ditakutkan, karena bisa memicu sell trend pada saham global mingguan. Ekonom di JPMorgan menyebutkan adanya peluang untuk terjadi resesi global hingga 60%, apabila Donald Trump tetap memberlakukan kenaikan tarif impor.

Beberapa pengamat ekonomi memproyeksikan harga konsumen terutama di sektor otomotif akan meningkat lebih pesat di tahun 2025 dari tahun sebelumnya. Keputusan yang diambil oleh Trump untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan dan mengembalikan produksi AS bisa membawa ekonomi bergerak cepat kearah staglasi.

Gabungan dari pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan peningkatan pengangguran yang disertai dengan percepatan Inflasi, akan memicu ketidakstabilan pasar saham global. The Fed saat ini berada dalam posisi yang sulit dengan inflasi yang terus meningkat, serta ekonomi AS yang semakin melambat.

Dalam sesi perdagangan setelah kebijakan tarif diumumkan, pasar saham AS juga mengalami tekanan ditandai dengan penurunan Nasdaq sebesar 2,3 persen. Pasar saham teknologi AS juga mengalami penurunan tajam, dengan TSLA dan PLTR alami penurunan 8%, sedangkan AAPL alami penurunan 7%.

Suku Bunga The Fed

Tanggapan Jerome Powell

Trump melalui unggahannya di platform X, meminta The Fed untuk memangkas suku bunga dan menuduh pimpinan The Fed bermain politik. “Ini waktu yang pas bagi pimpinan The Fed, Jerome Powell untuk memangkas suku bunga ke level yang lebih rendah,” tulisnya.

Menanggapi permintaan Trump, Powell menerapkan pola menahan suku bunga, menunggu inflasi mereda dan melihat perubahan dari kebijakan utama Trump muncul.The Fed berharap untuk memangkas suku bunga pada beberapa titik di tahun 2025, jika dilihat dari proyeksi ekonomi terbaru mereka.

Pada tahun 2024, The Fed memangkas suku bunga hingga 3 kali karena keadaan inflasi AS saat itu menunjukkan tanda-tanda melambat. Sekitar pergantian tahun, tanda-tanda tersebut terhenti yang melemahkan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga dan tetap pada posisi yang sama.

Meski begitu, kenaikan tarif impor yang baru-baru ini diberlakukan oleh Trump dinilai akan memberikan dampak yang luas pada ekonomi AS. Apabila dampaknya sampai menyebabkan inflasi yang lebih tinggi serta meningkatkan jumlah pengangguran, The Fed akan mengambil pilihan sulit dengan menaikan suku bunga.

Balasan China

Menanggapi kenaikan tarif yang diberlakukan oleh Trump, pemerintah China menyatakan akan menerapkan tarif tambahan untuk semua produk dari AS. Statement tersebut disampaikan secara langsung oleh Kementerian Keuangan China yang akan menaikan tarif sebesar 34% pada 10 April 2025.

Selain itu, Kementerian Perdagangan China menegaskan, akan melakukan pembatasan ekspor pada sejumlah komoditas AS di beberapa bidang mulai (05/04/2025). Pemerintah China juga menambahkan 16 perusahaan Amerika kedalam daftar pengetatan ekspor, terdapat 11 entitas yang kurang terpercaya dan memungkinkan Beijing mengambil tindakan hukum.

“Penerapan kontrol ekspor ditujukan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional terhadap barang-barang yang berkaitan dengan hukum,” ungkap Kementerian Perdagangan China. Dibawah masa jabatan Trump, hubungan dagang antara China dan AS merenggang, sehingga China mengambil tindakan balasan tegas untuk melindungi kepentingannya.

Baca Juga: Trump Umumkan Kebijakan Tarif baru Terhadap Beberapa Negara