Pada tanggal 24 Oktober 2024 sebuah momen bersejarah baru saja terjadi. Di mana aliansi BRICS telah menambahkan 13 negara baru termasuk Indonesia sebagai negara mitranya. Perlu dicatat, bahwa penambahan ini baru sebatas mitra resmi bukan pengakuan anggota secara penuh. Lalu bergabungnya Indonesia sebagai mitra resmi BRICS apakah menjadi sebuah kabar baik?. Tentu saja ini menjadi sebuah kabar baik, karena Indonesia bisa memperluas pengaruh serta jangkau globalnya. Selain itu kemitraan ini juga memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk berkolaborasi dengan negara lain di bidang: investasi, pembangunan infrastruktur, perdagangan, serta menyesuaikan pandangan berpolitik.
Awal Bergabungnya Indonesia Ke Dalam Aliansi BRICS
Pengumuman penambahan 13 negara mitra ke dalam aliansi BRICS ( termasuk Indonesia ), dilakukan saat KTT BRICS berlangsung di Kazan Rusia pada hari Kamis ( 24/10/2024). Melalui pernyataan Menteri Luar Negeri RI, Sugiono Indonesia akhirnya resmi bergabung menjadi mitra resmi aliansi BRICS.
Sebelumnya, Sugiono menyampaikan keinginan Indonesia untuk segera terlibat ke dalam forum kerja sama BRICS. Kemantapan Indonesia untuk segera bergabung ke dalam anggota BRICS tentu tidak terlepas dari komitmen Prabowo terhadap perdamaian global. Seperti yang kita ketahui, krisis yang terjadi di negara Palestina dan Lebanon sangat memprihatinkan.
Konflik yang berkepanjangan telah membuat ribuan nyawa melayang baik warga sipil maupun aparat keamanan. Sehingga komitmen Indonesia masih tetap sama, yakni menyerukan gencatan senjata di jalur Gaza agar perdamaian dapat segera terwujud. Karena itulah Indonesia tidak bisa berdiam diri lagi melihat semua kekejaman perang dan penindasan yang terjadi di Timur Tengah.
Konflik perang yang berkepanjangan juga dikhawatirkan dapat memicu masalah baru yang dapat mengancam stabilitas ekonomi global dan perdamaian dunia. Lebih lanjut, Sugiono juga mempresentasikan tiga langkah konkret yang dinilai dapat mempererat hubungan kerja sama antara BRICS dengan Global South, antara lain:
- Memberikan dukungan terhadap reformasi sistem multilateral agar lebih representatif, inklusif, dan sesuai dengan kenyataan yang sedang dihadapi saat ini.
- Menjadi sumber kekuatan dalam menyatukan dan solidaritas diantara negara global south
- menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan.
Keselarasan Visi Misi
Indoensia merasa BRICS mempunyai kekuatan untuk mempererat hubungan kerja sama diantara negara-negara berkembang. Selain itu terdapat banyaknya persamaan antara program BRICS dengan Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Prabowo Subianto, diantaranya yaitu:
- Mengatasi masalah ketahanan pangan
- Memajukan SDM ( Sumber Daya Manusia )
- Memberantas masalah kemiskinan
Dengan demikian, BRICS menjadi salah satu wadah yang cocok untuk mengangkat isu yang dihadapi setiap negara berkembang maupun global south. Karena BRICS menjadi sumber kekuatan baru bagi negara-negara berkembang yang tergabung ke dalamnya untuk memperkuat hubungan diplomatik maupun ekonomi masing-masing negara di kancah global.
Hal ini terbukti dari gabungan PDB yang mencapai $26,6 trilun atau setara dengan Rp. 413.950 triliun. Angka ini telah dinilai setara dengan ekonomi G7 negara-negara maju. Meski demikian, bergabungnya Indonesia sebagai mitra resmi BRICS bukan berarti berpihak kepada kubu tertentu. Melainkan sebagai bukti bahwa politik luar negeri Indonesia cenderung bebas aktif serta ingin lebih aktif dalam berpartisipasi di setiap forum international.
Dampak Bergabungnya Indonesia Ke Aliansi BRICS
Saat Indonesia memutuskan untuk bergabung ke aliansi BRICS tentu ada sejumlah keuntungan yang bisa didapatkan. Namun perlu diingat, ini sama seperti pedang bermata dua di mana bisa menjadi boomerang bagi Indonesia. Ambisi yang besar dari Rusia dan China dalam mengeser posisi Amerika sebagai penguasa dunia tentu akan menimbulkan polemik besar. Di mana Amerika tidak akan tinggal diam dan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan posisinya.
Namun jika posisi Indonesia yang terlalu dekat dengan BRICS maka bisa dianggap sebagai negara yang telah berpihak. Di mana ini bisa mempengaruhi posisi Indonesia sebagai negara Non-blok dan kekuasaan diplomatiknya bisa berkurang. Sehingga dibutuhkan pendekatan strategis yang komprehensif untuk menghindari konfrontasi langsung dengan negara barat.
Di sisi lain Indonesia memerlukan menyeimbangkan hubungannya dengan BRICS maupun negara barat. Salah satu cara yang bisa diterapkan adalah dengan membangun landasan bersama dengan negara India, Afrika Selatan, dan Brazil serta tetap memelihara hubungan dengan China dan Rusia.
Melalui cara ini Indonesia bisa memperoleh sejumlah keuntungan dengan bergabung ke dalam BRICS. Meski akan banyak tantangan di masa depan, Indonesia harus bisa menghadapi setiap dinamika yang muncul agar dapat memperoleh prioritas intinya. Mengingat aliansi BRICS bisa menjadi salah satu loncatan yang bagus untuk mengubah status Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
Kesimpulan
Melalui penyampaian menteri luar negeri RI, Sugiono Indonesia telah menjadi mitra resmi aliansi BRICS. Ini menjadi sebuah momentum baik bagi Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan lebih banyak negara di dunia. Meski demikian, Indonesia perlu memperhatikan kedekatannya dengan aliansi BRICS agar posisinya sebagai negara non-block tidak hilang. Karena jika hal tersebut terjadi Indonesia bisa mendapatkan sejumlah sanksi barat yang tentunya sangat merugikan baik secara ekonomi maupun politik.
Baca Juga : Kabinet Merah Putih: Wajah Baru untuk Indonesia Lebih Kuat