Sedang ramai dibahas di media sosial, gelombang kampanye “No Buy Challange 2025”, aksi ini sebagai pertanda dari ketidakpastian ekonomi di masyarakat. Secara garis besar, aksi ini merupakan tantangan kepada seorang untuk tidak berbelanja atau mengurangi jatah belanja pertahun pada tahun 2025.

Aksi no buy challange ini, diperkirakan muncul di tengah banyaknya kebijakan pemerintah mengenai pembaruan ketentuan di sektor ekonomi di tahun 2025.  Seorang pakar sosiolog mengutarakan aksi ini merupakan gerakan dari kalangan masyarakat menengah kebawah terhadap kondisi ekonomi yang semakin sulit.

Aksi ini bukanlah hal unik yang baru pertama kali terjadi, aksi ini sebelumnya juga pernah terjadi pada masa pandemi Covid19. Aksi no buy challange ini di negara Indonesia merupakan gerakan manifestasi dari gerakan gaya hidup minimalis yang memiliki jutaan pengikut.

Pemicu Aksi No Buy Challange 2025

Aksi no buy challange ini diduga karena pemberlakuan kebijakan pemerintah mengenai PPN yang naik menjadi 12% pada jasa dan kebutuhan. Kenaikan PPN dari 11% menjadi 12%, sangat berdampak pada masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah kebawah, dikarenakan tidak setara dengan pendapatan.

Karena terjadi kenaikan yang tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan, maka pasti akan terjadi inflasi karena harga barang akan naik signifikan. Aksi ini banyak diikuti karena tujuannya dianggap sangat bermanfaat dan membantu dalam mengelola pengeluaran, dengan memangkas sebagian wishlist dalam setahun.

Aksi ini juga dianggap bermanfaat karena kita tidak akan lagi mengejar yang namanya FOMO (fear of missing out), dalam berbelanja. Pemicu lain dari aksi ini karena dapat mengatur keuangan lebih baik dari sebelumnya, dan untuk menabung dimasa depan semisal terjadi PHK.

Dengan mengikuti gerakan no buy challange ini, kita dapat menyisihkan sisa uang kita untuk kemudian menjadi dana darurat kemudian hari. Gerakan ini juga dianggap akan sulit dilakukan pada awalnya, namun gerakan ini dinilai akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya pemborosan.

Dampak yang di Timbulkan

Aksi no buy challange 2025, sangat berdampak pada perekonomian jangka panjang di Indonesia, karena pasti akan mengubah pola konsumsi masyarakat. Hal ini pastinya akan menyebabkan penurunan drastis daya beli dari masyarakat menengah kebawah terhadap berbagai produk yang beredar di Indonesia.

Selain mengubah pola konsumsi dari masyarakat, aksi ini juga pastinya akan mengubah pola perdagangan yang akan terjadi di Indonesia. Karena itu, pemilik usaha harus menawarkan produk yang lebih menarik dan fungsional agar dapat menarik minat pasar yang lebih selektif.

Misalnya saja pebisnis lokal dapat berfokus pada penjualan produk yang ramah lingkungan, dan produk yang memiliki nilai tambah lebih. Gerakan ini juga dipastikan akan membuat para konsumen dan pelaku dagang beradaptasi dengan pola konsumsi yang menjadi lebih selektif.

Memicu Stress dan Frustasi

Menurut tanggapan dari seorang Psikolog, Meity Ariyanty, STP., M., PSI., meskipun gerakan ini dapat menciptakan gaya hidup lebih bijaksana, aksi ini juga dapat memicu stress. Tren ini akan memicu stress dan frustasi kepada kalangan yang sudah terbiasa dengan pola belanja konsumtif yang tiba-tiba menjadi selektif.

Gangguan emosional ini muncul akibat dari tekanan pola pikir yang akan diterapkan sewaktu menyusun prioritas utama apa yang akan dibeli. Oleh karena itu, dia menyarankan agar masyarakat yang ingin mengikuti tren no buy challange ini tidak dalam keadaan tertekan.

Menurut Meity, dalam mengontrol keuangan, harus dilakukan untuk tujuan melatih diri agar tidak impulsif, serakah, dan ego dalam mengelola keuangan. Dia juga menambahkan bahwa sangat penting untuk menyusun prioritas apa saja yang akan di beli, dan bukan berdasarkan nafsu sesaat.

Cara Mengikuti Tren

Bagi Anda yang tertarik untuk mengikuti tren no buy challange ini, Anda dapat mengikuti beberapa langkah dasar untuk memastikan keberhasilan. Kami akan memberitahu Anda langkah-langkah apa saja yang dapat Anda lakukan ketika anda ingin mengikuti tren yang sedang viral ini.

Membuat Catatan Pengeluaran

Anda dapat membuat catatan pengeluaran, agar Anda dapat mengetahui dana yang sudah dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, maupun dana untuk berinvestasi. Hal ini akan membantu Anda untuk menyeleksi kebutuhan apa saja yang sangat Anda butuhkan, sehingga anda dapat mengatur prioritas pengeluran Anda.

Menentukan Prioritas barang yang dibutuhkan

Anda dapat menentukan barang prioritas apa saja yang akan berguna jika kamu membelinya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini akan membantu anda agar tidak terlalu berfokus dan mendahulukan kebutuhan yang tidak terlalu mendesak.

Memanfaatkan Barang yang Ada

Gunakanlah barang-barang yang sudah Anda miliki, dan jangan menjadikannya sebuah alasan agar dapat membeli barang baru dengan fungsi yang sama. Contohnya seperti handphone, jika Anda sudah mempunyai sebuah Handphone yang masih layak untuk digunakan, anda tidak perlu membeli yang baru.

Kesimpulan

Kenaikan PPN menjadi 12% digadang-gadang menjadi salah satu pemicu terjadi kembali gerakan no buy challange di tahun 2025. Hal ini karena ada ketidakpastian di bidang perekonomian bagi masyarakat kalangan menengah-kebawah. Gerakan ini juga dinilai akan  membawa berbagai dampak baik positif maupun negatif bagi perekonomian di Indonesia.

Baca Juga: Beli Token Listrik Diskon 50% 2025, Berlaku Sampai Kapan?