Pangerann Hisahito

Nama pangeran Hisahito atau pangeran capung saat ini sedang menjadi perbincangan media internasional, sebab ia digadang-gadang akan menjadi penerus takhta kekaisaran Jepang. Hisahito mendapatkan julukan sebagai pangeran capung sebab ia sangat suka dengan serangga tersebut dan sering sekali melakukan penelitian terhadap capung.

Hisahito berada di urutan terakhir sebagai ahli waris takhta kekaisan Jepang dengan usia paling muda, setelah ayahnya Putra Mahkota Akishino. Kemungkinan pangeran Hisahito akan menjadi kaisar Jepang selanjutnya sangat tinggi, sebab negara tersebut saat ini sedang mengalami krisis penerus kerajaan.

Media internasional melirik hal tersebut karena khawatir pangeran muda tersebut akan menggantikan Kaisar Naruhito dan menjadi penerus kerajaan Jepang terakhir. Kaisar Jepang saat ini, Naruhito, memiliki 3 kandidat yang akan menggantikan kekuasaannya yaitu Putra Mahkota Fumihito, Pangeran Hitachi dan yang terakhir Pangeran Hisahito.

Hisahito menjadi pangeran pertama dalam beberapa dekade yang menjalani ritual kedewasaan, pada Sabtu 6 September 2025 di ulang tahunnya ke-19. Momen tersebut menjadi tonggak pribadi bagi pangeran muda tersebut, serta memperlihatkan upaya Jepang dalam menghadapi ancaman krisi suksesi yang serius.

Profil Pangeran Hisahito

Upacara Kedewasaan

Hisahito adalah anak dari Putra Mahkota Akishino yang lahir pada 6 September 2006, ia menjadi generasi laki-laki terakhir kekaisaran Jepang. Pangeran Hisahito diketahui sangat suka dengan serangga capung, bahkan ia telah melakukan banyak penelitian hingga dijuluki sebagai pangeran capung.

Hisahito adalah keponakan dari kaisar Jepang saat ini yaitu Kaisar Naruhito dan saat ini ia berstatus sebagai pewaris takhta ke-2. Sebelum kelahiran Hisahito, beberapa politikus Jepang setuju dengan kebijakan penerus harus dari keluarga kerajaan yang berlaku sejak monarki Jepang didirikan.

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh pihak kekaisaran Jepang kepada publik, nama Hisahito memiliki makna “tenang dan berbudi luhur”. Nama tersebut diberikan oleh Putra Mahkota Akishino sebagai ayahnya, dengan meletakkan kota kayu yang bertuliskan namanya diatas selembar kertas dengan tulisan tangan Jepang tradisional.

Pangeran Hisahito menjadi keluarga kerajaan Jepang pertama yang tidak menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Gakushuin, Tokyo, seperti anggota kerajaan lainnya. Ia menempuh pendidikan di SD Ochanomizu pada 7 April 2013, setelah lulusan dari TK yang sama di Ochanomizu 14 Maret 2013.

Saudari Hisahito

Pangeran Hisahito adalah anak terakhir dari Putra Mahkota Akishino dan Putri Mahkota Kiko dan diketahui memiliki 2 kakak perempuan yang bernama Putri Kako dan Mako. Mako kehilangan statusnya sebagai anggota kerajaan setelah ia melanggar undang-undang yang berlaku di Jepang dengan menikahi pria dari kalangan biasa.

Peraturan Keluarga Kerajaan

Berdasarkan peraturan yang tertulis dalam UU Keluarga Kekaisaran 1947, hanya garis keturunan langsung dari keluarga kerajaan yang berhak untuk mewarisi takhta. Selain Hisahito, keluarga kerajaan juga memiliki pengganti Putra Mahkota Fumihito (58), dan Pangeran Hitachi (88) untuk melanjutkan suksesi kerajaan Jepang.

Jepang memiliki peraturan yang mengharuskan keluarga kerajaan untuk memiliki garis keturunan sesama anggota kerajaan agar tidak kehilangan statusnya sebagai bangsawan. Penghapusan gelar bangsawan sudah pernah terjadi pada Putri Aiko yang merupakan putri tunggal dari Kaisar Jepang Naruhito dengan Masako.

Mantan Putri Aiko sempat menjadi kandidat paling kuat dan terfavorit sebagai pewaris kekaisaran Jepang, sebelum ia menikahi seorang warga biasa. Peraturan-peraturan tersebut menyebabkan jumlah anggota keluarga kerajaan yang masih aktif sampai sekarang menjadi sangat sedikit, sampai menimbulkan ancaman stabilitas tradisi.

Bahkan tidak sedikit pula anggota keluarga kerajaan yang harus melepaskan gelar istana mereka demi bisa menikahi orang yang mereka cintai. Pemerintah Jepang bahkan sudah mempertimbangkan pilihan untuk mengadopsi anggota bangsawan laki-laki yang sudah kehilangan status mereka kembali demi menjaga keberlangsungan tradisi.

Tanda Kerapuhan Sistem

Mantan Kepala Badann Rumah Tangga Kekaisaran, Shingo Haketa menyebutkan, anggota keluarga kekaisaran Jepang saat ini sedang dalam kondisi yang rapuh. Kekaisaran Jepang sepenuhnya memberikan beban masa depan monarki kepada Pangeran Hisahito yang merupakan pewaris takhta dengan usia yang paling muda.

Saat ini media internasional juga memberikan pertanyaan besar tentang cara keluarga kerajaan menyelamatkan sistem monarki yang sudah dianut selama beberapa abad. Media pemberitaan Jepang seperti Yomiuri Shimbun mulai mendorong pemerintah untuk melakukan revisi terhadap Undang-Undang Keluarga Kerajaan demi menjaga keberlangsungan tradisi.

Kekaisaran Jepang saat ini sedang berada di persimpangan antara mempertahankan tradisi lama atau moderenitas yang menuntut inklusivitas dan keberlanjutan hierarki. Ditengah krisis penerus keluarga kerajaan, Hisahito hadir sebagai harapan Jepang untuk melanjutkan sistem pemimpin yang sudah diterapkan selama ratusan tahun.

Fakta bahwa Pangeran Hisahito menjadi pewaris takhta kekaisaran laki-laki terakhir membuat dunia khawatir bahwa sistem monarki Jepang akan segera berakhir. Kerajaan Jepang kini dilanda dilema terkait penerus selanjutnya atau mengembalikan aturan pada abad ke-19, dimana perempuan diperbolehkan untuk menjadi kaisar.

Baca Juga: Nepal Chaos Setelah Pemerintahan Digulingkan Dalam Aksi Demo