Dalam beberapa hari terakhir, nama Gus Miftah kian gencar diperbincangkan oleh publik pada berbagai platform media sosial. Petisi copot jabatan beliau sebagai Utusan Khusus Presiden semakin ramai ditandatangani. Tampaknya tindakan beliau yang menghina penjual es teh dalam acara kajian di Magelang Jawa Tengah telah melukai hati banyak orang.
Meski dirinya telah meminta maaf kepada pihak yang bersangkutan, amarah publik tetap tidak bisa diredam. Kemarahan publik malah semakin meledak usai dirinya mendatangi rumah penjual es teh untuk meminta maaf. Mengapa publik terus menyetujui petisi copot jabatan Gus Miftah, meski dirinya sudah meminta maaf?. Apakah ada yang salah dengan permintaan maaf tersebut?, mari kita kupas lebih dalam mengenai masalah ini.
Latar Belakang Masalah
Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah adalah seorang tokoh agama atau penceramah yang memiliki metode dakwah terbuka dan tidak konvensional. Di setiap dakwahnya kerap menuai kontroversi di sebagian kalangan masyarakat, yang tidak terbiasa dengan penyampaian beliau. Kata-kata yang terlalu blak-blakan dan tidak disaring inilah yang menjadi awal pemicu petisi copot jabatan beliau.
Menghina Penjual Es Teh
Polemik ini bermula dari acara kajian di Magelang Jawa Tengah, yang pada saat itu di isi oleh Miftah sebagai pembicaranya. Saat ditengah-tengah kajian, seorang bapak penjual es teh menawarkan barang dagangannya kepada para warga yang hadir. Aksi tersebut menarik perhatian Gus Miftah yang tengah berbicara.
Namun ahli-ahli memborong barang dagangan, Gus Miftah malah mengolok-mengolok bapak penjual es teh, yang belakangan diketahui bernama Sunhaji. Kalimat yang dilontarkan mungkin terdengar seperti candaan, tapi bagi masyarakat luas kalimat tersebut lebih ke arah penghinaan. Berikut adalah sedikit gambaran ucapan yang dilontarkan oleh beliau pada saat itu:
” Apakah daganganmu masih banyak?, kalau masih yaudah jual di sana, goblok”
Tidak berhenti sampai di situ, dirinya terus melanjutkan ucapannya dengan mengatakan jika dagangannya tidak laku maka sudah menjadi takdir. Padahal sebelumnya, masyarakat yang hadir telah meminta kepada beliau untuk membantu Sunhaji dengan memborong dagangannya.
Meminta Maaf
Fenomena perkataan Gus Miftah yang terkesan memandang remeh pekerjaan bapak penjual es teh tersebut, langsung menarik perhatian banyak pihak. Masyarakat yang merasa kecewa dengan tindakan beliau, langsung menghujani berbagai hujatan dan cacian di akun sosial media pribadinya.
Tidak sampai di situs. dirinya juga sempat di tegur oleh Sekretaris Kabinet Mayor Inf Teddy Indra Wijaya. Bahkan pihak istana juga meminta kepada dirinya untuk menyampaikan permintaan maaf kepada bapak Sunhaji. Menanggapi kontroversi ini, Miftah bersedia untuk bertemu dengan yang bersangkutan dan meminta maaf.
Permintaan Maaf Di Nilai Tidak Tulus
Tindakan Gus Miftah yang langsung mendatangi kediaman bapak penjual es teh memang patut diapresiasi. Dirinya dengan berani langsung mengunjungi rumah beliau hanya untuk menyampaikan permohonan maaf. Meski telah meminta maaf, petisi pencopotan jabatannya kian ramai ditandatangani. Mengapa hal ini terjadi?, apakah ada yang salah dengan caranya meminta maaf?.
Berdasarkan cara dan sikap Miftah dalam meminta maaf, banyak yang menilai jika permintaan maaf tersebut malah terkesan intimidatif dan tidak tulus. Bagaimana tidak?, sebagai pihak yang bersalah Gus Miftah malah dengan santainya merangkul bapak Sunhaji dengan erat.
Tindakan yang seolah-olah akrab tersebut belum tentu memberikan rasa nyaman kepada pihak yang bersangkutan. Seharusnya ia meminta maaf dengan sikap yang menunjukkan rasa penyesalan bukan seolah-olah akrab. Terlebih kata-kata permohonan maafnya yang terkesan membela diri juga membuat sejumlah pihak geram.
Pada video permohonan maaf Gus Miftah yang beredar, terlihat dirinya merangkul Sunhaji sembari menyampaikan permohonan maaf atas ucapannya. Ia juga menambahkan bahwa maksud dan tujuan kata tersebut hanyalah untuk bercanda dan tidak bermaksud apappun, namun malah salah dipersepsikan.
Viral Petisi Copot Jabatan Gus Miftah
Tidak lama setelah video permintaan maaf beredar di Internet, petisi copot jabatan Gus Miftah semakin ramai ditanda tangani. Alasannya tentu tidak terlepas dari ucapan dan tindakan beliau yang telah melukai hati masyarakat luas. Sikapnya yang merendahkan warga kecil sangat mencerminkan seorang tokoh dengan jabatan yang strategis tersebut.
Hingga saat ini, diketahui sudah ratusan ribu orang yang mulai menyetujui pencopotan jabatan beliau dari Utusan Khusus Presiden. Diketahui petisi desakan pencopotan Gus Miftah dibuat pada hari Rabu, 4 Desember 2024. Di mana hati masyarakat Indonesia merasakan sakit dan perih atas ucapan Gus Miftah pada tanggal 3 Desember 2024.
Bagaimana bisa seorang pemuka agama tidak menghargai perjuangan seorang ayah yang berusaha menghidupi keluarganya?. Ini tentu tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh presiden Prabowo, yang selalu memperhatikan rakyat kecil. Sehingga pemecatan menjadi langkah yang tepat agar tidak mencoreng nama baik para pejabat lain.
Kesimpulan
Kasus petisi pencopotan jabatan Gus Miftah adalah cerminan dinamika sosial di era digital. Gus Miftah, sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat, tentu menghadapi tantangan besar dalam menjalankan perannya. Di mana ucapan dan tindakannya tidak lagi mencerminkan seorang tokoh beragama yang bisa dijadikan panutan.
Semoga dari polemik ini, kita semua bisa belajar untuk lebih bijak, baik dalam menyampaikan pendapat maupun dalam merespons kritik. Bagaimana menurut Anda, apakah petisi seperti ini adalah langkah yang tepat, atau justru menjadi refleksi atas ketidakseimbangan dalam menyikapi perbedaan pendapat?.
Baca Juga : Banjir Bandang Melanda Sukabumi, Status Tanggap Darurat!