Setelah Jepang diguncang aksi demo besar-besaran terkait kebijakan imigrasi, Perdana Menteri (PM) Jepang, Shigeru Ishiba, mengumumkan dirinya akan mengundurkan diri. Ribuan warga turun ke jalanan di Osaka untuk menyampaikan pendapat mereka dan menolak program Africa Hometown yang digagas oleh pemerintah
Japan International Cooperation Agency (JICA), dikabarkan telah menetapkan 4 kota di Jepang sebagai tempat untuk menampung warga Afrika dan India. Aksi unjuk rasa dimulai setelah kabar JICA akan mengundang warga Nigeria tinggal di Jepang berdasarkan program kerja sama internasional kedua negara.
Program tersebut diputuskan setelah melihat angka kelahiran yang rendah, serta usia tua yang terus bertambah hingga berbagai sektor industir kekurangan tenaga kerja. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, pemerintah Jepang memutuskan untuk mempermudah arus imigrasi dan membuka kesempatan bagi tenaga kerja asing masuk.
Kabar tersebut memicu kekhawatiran warga dan memutuskan untuk turun kejalanan dan menolak keputusan pemerintah yang bisa merusak budaya negara tersebut. Warga Jepang khawatir jika jumlah pekerja asing yang masuk ke negara tersebut jauh lebih besar dari jumlah populasi penduduk asli
Informasi Tidak Benar
Pemberitaan Kyodo News, membeberkan kabar mengenai keputusan pemerintah Jepang untuk menyediakan tempat tinggal bagi warga Afrika dan India tidak benar. Bedasarkan pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Jepang, Tokyo tidak berencana untuk mengambil langkah dalam mempromosikan visa khusu bagi bawga Afrika.
Kemenlu Jepang menjelaskan, tidak ada laporan maupun pernyataan di dalam negeri maupun internasional yang menjelaskan bahwa Jepang akan menyediakan visa khusus. Pemerintah Jepang dengan tegas bahwa negara tersebut tidak menetapkan 4 kota sebagai kampung halaman bagi imigran yang berasal dari Afrika
Ia menyatakan, masyarakat sudah salah menduga kabar yang dibagikan oleh JICA untuk memperkuat hubungan kerja sama dengan pertukaran dengan Afrika. 4 kota yang ditetapkan oleh JICA sebagai mitra-mitra beberapa negara di Afrika di antaranya adalah Imabari, Kisarzau, Sanjo, dan Nagai.
Setelah penetapan tersebut, pemerintah dari 4 kota di Jepang mendapatkan banyak telepon dan email protes dari warga yang menolak keputusan tersebut. penetapan 4 kota tersebut sebagai mitra Afrika menimbulkan kekhawatiran warga Jepang karena dinilai bisa merusak budaya serta mengganggu ketertiban umum.
Keresahan Publik
Setelah mendapatkan banyak penolakan dari warga, Walikota Kisarazu, Yoshikuni Watanabe mengkritik keputusan JICA dan Kemenlu Jepang karena persiapan yang kurang matang. Kekecewaan rakyat Jepang memuncak setelah melakukan unjuk rasa dengan turun kejalanan dan menyerukan penghentian program visa khusus bagi negara Afrika.
Para pengunjuk rasa beralasan khawatir budaya negara Jepang akan hilang, tingkat kejahatan akan meningkat, serta kemungkinan tekanan ekonomi semakin meningkat. Tidak lama setelahnya, Pemerintah Nigeria menghapus informasi yang menyatakan Jepang membuka peluang kerja sama dan izin di tinggal khusus.
PM Jepang Mengundurkan Diri
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, memutuskan untuk mengundurkan diri setelah mendapatkan desakan internal dari partainya atas keputusan yang ia ambil. Politikus berumur 68 tahun tersebut memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dituduh bertanggung jawab atas kekalahan yang dialami Partai Demokrat Liberal.
Kekalahan LDP dalam pemilu yang diadakan bulan Juli lalu semakin meningkatkan desakan internal yang meminta Shigeru untuk lengser dari jabatannya. Sebelumnya ia sempat menolak desakan tersebut, dengan beralasan untuk menghindari kekosongan dalam kursi pemimpin politik saat perang tarif dengan Amerika.
Ia berpendapat bahwa Amerika Serikat tidak mungkin membuka peluang negosiasi tarif terhadap pemimpin yang menyatakan dirinya akan mundur dari pemerintahan. Dalam sebuah konferensi pers, ia menjelaskan bahwa dirinya sudah berniat mengundurkan diri dan akan bertanggung jawab atas kekalahan partai LDP.
Ia menyampaikan pengunduran dirinya setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memutuskan untuk menurunkan tarif impor mobil dan produk-produk dari Jepang menjadi 15%. Setelah menemukan saat yang tepat untuk mengundurkan diri sebagai PM, ia memutuskan untuk membuka jalan bagi generasi berikutnya dalam memimpin Jepang.
Kandidat Terkuat Pengganti Shigeru Ishiba
Setelah kabar pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba beredar, Mantan Menteri Luar Negeri, Toshimitsu Motegi mencalonkan diri menggantikannya sebagai PM. Kabar tersebut disampaikan oleh Toshimitsu pada Senin (8/9/2025), meskipun Jepang sedang mengalami tekanan pasar keuangan akibat ketidakpastian politik.
Berdasarkan sejarah, LDP sudah memimpin Jepang sejak masa pascaperang dan dibawah kepemimpinan Shigeru LDP kini menghadapi krisis terburuk dalam sejarah. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshimasa Hayashi juga ikut mencalonkan diri sebagai Perdana Menteri dalam pemilu selanjutnya.
Pemerintah Jepang akan segera melakukan pemilihan pemimpin darurat di tengah kemarahan publik akibat biaya hidup yang meningkat secara pesat. Dalam pemilu selanjutnya, nama Takaichi dan Shinjiro Koizumi digadang-gadang menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan kepemimpinan Shigeru Ishiba sebagai Perdana Menteri.
Meski keduanya belum mengumumkan pencalonan diri secara resmi, namun masing-masing dari mereka memegang posisi kedua dan ketiga dalam pemilu sebelumnya. Koizumi dipercaya bisa mengendalikan lonjakan harga beras di Jepang di tengah tekanan ekonomi di Asia Pasifik serta konflik politik dalam negeri.
Baca Juga: China Undang Pemimpin Berbagai Negara Dalam Parade Militer