Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (08/04/2025) usai libur panjang. Sejak dibuka pada Selasa pagi, IHSG menunjukkan pelemahan sebesar 596,33 poin atau 9,16% ke level 5.914,28 setelah 30 menit dibuka.
Selain itu, gabungan 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun sebesar 92,61 poin atau 11,25% ke level 561,90 setelah dibuka. Dengan mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh BEI, jika perdagangan saham mengalami penurunan melebihi 8% maka BEI akan melakukan Trading Halt.
Trading Halt merupakan sebuah kebijakan untuk menghentikan sementara perdagangan di bursa efek, jika IHSG alami penurunan hingga batas yang ditentukan. Kebijakan ini ditetapkan oleh otoritas bursa, misalnya saja Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga stabilitas.
Kebijakan ini juga akan melindungi investor, serta memastikan akses untuk informasi yang adil kepada seluruh pelaku pasar pada bursa efek. Aktivitas jual beli saham akan dihentikan selama periode Trading Halt, sehingga investor tidak dapat melakukan aktivitas transaksi jual beli saham.
Penurunan IHSG
IHSG bergerak kearah zona merah sejak awal perdagangan dibuka BEI setelah libur panjang lebaran 2025 pada Selasa (8/4/2025). Setelah pembukaan IHSG bergerak pada level 5.912, melemah sebesar 598,55 poin (9,19%) jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya pada level 6.510.
Kemungkinan terbesar dari merosotnya harga IHSG ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menetapkan tarif sebesar 32% untuk produk impor Indonesia. Ditengah penurunan yang sedang terjadi, volume transaksi tercatat hingga 1,59 miliar dengan turnover Rp 1,92 triliun dengan frekuensi transaksi 64.620 kali.
Dalam perdagangan terdapat 9 saham yang menguat, 552 saham yang mengalami penurunan dan 65 pasar saham lainnya stagnan diarea support. Secara data, IHSG tercatat alami pelemahan 5,53% dalam sepekan, kemudian arah pergerakannya melemah hingga sebesar 5,72% dalam 1 bulan terakhir.
Performa IHSG dalam 6 bulan terakhir juga tidak tercatat baik, dimana IHSG melemah hingga 24,51% di perdagangan Bursa Efek Indonesia. Lalu untuk pergerakan Year to Date (YTD), IHSG melemah hingga 16,50%, lalu dalam setahun melemah hingga 18,96% pada perdagangan BEI.
BEI Lakukan Trading Halt
Terkait dengan penurunan pasar IHSG, BEI melakukan trading halt atau penutupan sementara perdagangan pasar saham dan batas Auto Rejection Bawah (ARB). Hal tersebut dilakukan oleh BEI dalam kondisi darurat, aturan ini akan berlaku apabila harga IHSG mengalami penurunan ekstrem dalam perdagangan.
BEI melakukan perubahan aturan trading halt mulai pada tanggal 8 April 2025, sesuai dengan Surat Keputusan Direksi mengenai Perubahan Panduan. Batasan presentase untuk ARB ditetapkan menjadi 15% untuk saham pada papan utama, exchange traded fund dan dana investasi real estate.
Sekretaris BEI, Kautsar Primadi Nurahmat menyebutkan, pihaknya akan melakukan Trading Halt pada 2 kondisi ekstrem dalam bursa perdagangan saham Indonesia. Pertama, trading halt akan dilakukan selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan hingga 8% dan akan ditambahkan 30 menit jika penurunan mencapai 15%.
Kedua, jika terjadi penurunan lanjutan hingga sebesar 20%, maka BEI akan melakukan trading suspend untuk menjaga stabilitas dan melindungi investor. Trading Suspend akan dilakukan BEI, jika penurunan terjadi hingga akhir sesi perdagangan dan mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perubahan Peraturan
Pemberlakuan trading halt sesuai dengan peraturan nomor II-A mengenai perdagangan saham bersifat ekuitas dan diatur oleh surat keputusan direksi BEI. Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) nomor Kep-00002/BEI/04-2025 di revisi dan sudah mulai diberlakukan pada selasa 8 April 2025.
Tanggapan Prabowo
Menanggapi keadaan pasar modal yang akhir-akhir ini melemah, Presiden Prabowo Subianto menyebutkan dirinya tidak takut dengan situasi pasar modal ditengah ketidakpastian global. Berkaca dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Prabowo menyikapi kondisi pasar saham yang baru-baru ini mengalami penurunan secara tajam.
Ia menyebutkan, Trump telah melakukan berbagai upaya agar bisa memperkuat ekonomi dalam negeri meskipun kondisi pasar saham sedang terjun payung. “Saya gak terlalu takut sama pasar modal, karena Indonesia punya kekuatan, kita punya rasa rendah diri dan kaya di program”.
Ia mengakui bahwa publik cenderung untuk mengangkat pembahasan mengenai kondisi pasar saham jika mengalami penurunan yang tajam dalam beberapa saat. Sebaliknya, jika kondisi pasar saham sedang dalam performa yang baik, publik cenderung diam dan tidak membahas apa yang terjadi.
Kondisi tersebut terjadi di Indonesia, saat harga IHSG bergerak secara dinamis akhir-akhir ini, ditengah tekanan berbagai kebijakan ekonomi tidak pasti. “Orang akan bicara kasar jika pasar saham anjlok dengan bilang Indonesia gelap, Prabowo gagal, tapi kalau lagi naik orang diam saja”.
Baca Juga: Dampak Tarif Impor Trump Dinilai akan Memicu Inflasi