Indonesia akan segera bersiap untuk menghadapi pergantian musim kemarau, seperti yang sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatoligi, dan Geofisika (BMKG). Musim kemarau tahun ini diprediksi akan dimulai di bulan Mei dan mulai memasuki puncaknya pada bulan Juni hingga Agustus 2025.
Musim kemarau ditahun 2025 akan bersifat normal di sebagian besar wilayah, meskipun di sebagian wilayah akan lebih kering dari biasanya. BMKG menyatakan, untuk pola cuaca di tahun 2025 tidak akan terlalu terpengaruh dengan adanya fenomena El Nino maupun La Nina.
Kondisi iklim juga diperkirakan akan cenderung netral, untuk musim kemarau 2025 disebut akan berlangsung dengan pola iklim yang sama seperti tahun 2024. Namun BMKG tetap menghimbau beberapa wilayah untuk mewaspadai potensi kekeringan, terutama wilayah yang sudah mengalami musim kemarau di bawah normal.
BMKG juga menekankan betapa pentingnya kesiapsiagaan bagi masyarakat yang bekerja di sektor pertanian untuk menyesuaikan strategi terhadap pergantian musim kemarau. Mengambil langkah antisipatif seperti melakukan pengelolaan sumber daya air juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Himbauan BMKG
BMKG memberikan himbauan kepada masyarakat, bahwa puncak musim kemarau akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia diantara bulan Juni hingga Agustus 2025. Wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau periode normal mencakup wilayah Jawa, sebagian besar Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku.
Selain itu, beberapa wilayah juga diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih awal atau lebih lambat jika dibandingkan dengan kondisi biasanya. Beberapa wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih lambat seperti Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara untuk beberapa wilayah seperti Aceh, Lampung, dan Papua bagian tengah diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih awal dari biasanya. Karena perbedaan kondisi ini, masyarakat diharapkan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi suhu panas ekstrem dan kekeringan beberapa bulan mendatang.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawakti, membandingkan periode musim kemarau di tahun 2025 akan terjadi dengan rentang waktu yang sama seperti 2024. “Jika kita bandingkan dengan rerata klimatologinya, maka awal musim kemarau 2025 akan terjadi di periode waktu normalnya pada 207 ZOM”.
Dampak Faktor Cuaca Global
Dwikorita menjelaskan bahwa musim kemarau di tahun 2025 tidak akan terlalu dipengaruhi dengan adanya fenomena cuaca global seperti El Nino dan La Nina. Karena untuk saat ini, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik cenderung dalam kondisi yang netral, sehingga tidak ada yang mendominasi jalannya musim kemarau tahun ini.
Selain 2 fenomena sebelumnya, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang mungkin terjadi di samudera Hindia juga diprediksi akan lebih netral. Karena fenomena tersebut tidak memberikan pengaruh, pola musim kemarau di Indonesia cenderung akan berjalan sesuai dengan pola yang sudah diprediksi.
Meski tidak terlalu berdampak terhadap pola musim kemarau di tahun 2025, bukan berarti semua wilayah akan mengalami kondisi yang sama persis seperti sebelumnya. Beberapa daerah diperkirakan akan tetap mendapatkan curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, terutama untuk wilayah dengan kemarau diatas normal.
“Jadi faktor utamanya itu karena kami perkirakan tidak ada dominasi signifikan dari iklim global seperti El Nino dan La Nina. Selain itu, IOD untuk tahun ini juga diperkirakan akan lebih normal dan tidak sekering di tahun 2023 yang sangat berdampak”.
Upaya Mencegah Karhutla
BMKG bersama dengan Kementerian Kehutanan, sudah menggelar rapat untuk membahas pencegahan dini yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana Karhutla. Beberapa poin yang dinilai akan membantu dalam upaya mitigasi bencana Karhutla, dengan menerapkan beberapa strategi termasuk teknologi untuk memodifikasi cuaca.
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, menyebutkan bahwa operasi untuk memodifikasi cuaca akan sangat membantu untuk mencegah bencana Karhutla. “Operasi modifikasi cuaca ini sangat dibutuhkan, untuk mengantisipasi potensi Karhutla di beberapa provinsi yang rawan selama musim kemarau tahun ini”.
BMKG juga sudah melakukan analisis Klimatologi untuk menentukan puncak musim kemarau di tahun 2025, yang diprediksi berlangsung dari Bulan Juni-Agustus. BMKG juga telah mengambil langkah untuk mencegah bencana Karhutla dengan membentuk tim gabungan bersama berbagai instansi yang berkaitan dengan pemadaman.
Hal tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah karhutla yang akan mejadi ancaman serius bagi ekonomi nasional dan lingkungan masyarakat. BMKG sudah memprediksi kemarau 2025 akan dimulai sesuai dengan periode normal dengan 207 zona musim 30%, serta 204 zona 29%.
Kesimpulan
BMKG menghimbau masyarakat Indonesia untuk segera mempersiapkan diri dalam menghadapi musim kemarau yang akan segera berlangsung dalam beberapa bulan kedepan. Meski intensitasnya diperkirakan akan sama seperti musim kemarau di tahun 2024, Masyarakat harus tetap siaga untuk mencegah bencana Karhutla yang mungkin terjadi.
Baca Juga: Ahok Kaget dengan Temuan Kejagung Saat Penuhi Panggilan