Sedang ramai dibahas media sosial, khususnya pada platform X, mengenai Google Finance yang salah menentukan kurs nilai tukar Valuta Asing (Valas). Kejadian ini menjadi trending topic, mulai dari 1 Februari hingga saat ini, ini mengakibatkan warganet berspekulasi ada kesalahan pada Google.

Sejumlah pengamat keuangan termasuk Bank Indonesia (BI), juga menyebutkan hal ini sebagai kesalahan sistem (error) dari Google saat menentukan kurs. Menanggapi kegaduhan yang terjadi, perwakilan dari Google segera memberikan klarifikasi untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, untuk meredam kegaduhan publik.

Kesalahan informasi nilai tukar dari mata uang di Google Finance, memiliki potensi untuk menimbulkan dampak yang luas kepada masyarakat awam. Hal ini dikarenakan banyak pebisnis, termasuk juga investor dan wisatawan yang menjadikan Google sebagai patokan untuk menentukan data kurs penukaran.

Karena itu, apabila informasi yang ditampilkan oleh Google tidak sesuai dengan nilai tukar yang sebenarnya, hal ini dapat menimbulkan kerugian. Sebagai salah satu raksasa teknologi di dunia, Google bertanggung jawab besar untuk memastikan keakuratan data yang mereka tampilkan, untuk memastikan kesalahan yang sama tidak terulang di masa depan.

Klarifikasi Pihak Google

Mengetahui kesalahan pada sistem mereka, pihak Google memberikan klarifikasi mengenai kesalahan informasi nilai tukar mata uang pada 1 Februari 2025. Menurut Google, kesalahan informasi ini berasal dari pihak ketiga yang keliru dalam memberikan data konversi nilai tukar Valuta Asing (Valas).

Melalui perwakilannya, Google mengaku telah menerima laporan yang tidak akurat dalam menentukan nilai tukar mata uang, sehingga terjadi kesalahan dalam menentukan nilai tukar Valas. “Kami menyadari ada masalah sehingga mempengaruhi informasi nilai tukar di google search kami,” Kata perwakilan Google dalam keterangan tertulis.

Google juga menambahkan informasi nilai tukar ini mereka kumpulkan dari pihak ketiga, dan mereka akan menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan tersebut. “Data nilai tukar mata uang berasal dari pihak ketiga, dan saat ini kami sedang menghubungi pihak tersebut untuk memperbarui data se-segera mungkin.”

Kesalahan Menentukan Nilai Tukar

Bank Indonesia (BI) menanggapi isu terkait dengan nilai tukar rupiah yang secara mengejutkan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Hal ini sama seperti yang ditampilkan dalam menu pencarian di layanan Google Finance, pada Sabtu, 1 Februari 2025.

Dalam pencarian Google Finance, ketika memasukkan kata USD to IDR, posisi rupiah terhadap dolar menguat hingga di posisi Rp 8170. Dengan ini menunjukkan data nilai tukar dolar AS (USD), sedang mengalami penurunan sebesar 50,04% terhadap rupiah pada tanggal 1 Februari.

Hal ini ramai dibahas dan menjadi trending topic di platform X dengan pencarian dolar dan 1 USD, hingga Sabtu malam. Saat dikonfirmasi mengenai hal ini, Deputi Gurbenur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, menyebutkan posisi rupiah menguat karena kesalahan data Google.

Ia juga menjunjukkan screenshotan yang menunjukkan posisi dolar AS ke Rupiah saat itu kisaran Rp 16.300 pertanggal 1 Februari 2025. Selain itu dari data penukaran valas BCA dan Yahoo Finance, polisi dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran Rp 16.294.

Nilai Tukar Euro

Tidak hanya nilai tukar USD, layanan Google Finance yang diduga error juga menampilkan nilai tukar Euro menjadi di level Rp 8.348 per 1 Euro. Dari data tersebut menunjukkan rupiah menguat hingga 50,68% melonjak dari posisi yang sebelumnya di level 16.927 per Euro.

Namun dari data kurs transaksi Bank Indonesia pada Sabtu (1/2/2025), kurs beli untuk euro adalah Rp 16.860. Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, kemungkinan layanan Google Finance sedang error dan ia juga menduga hacker sedang mengotak-atik Google.

Dampak Kesalahan Nilai Tukar

Menanggapi kesalahan tampilan kurs dari data Google Finance, Dr. Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSREC, memberikan pendapatnya. Pratama menjelaskan bahwa angka “09” pada timestamp Google menunjukkan waktu terakhir kurs diperbarui, bukan tahun 2009 seperti yang dispekulasikan media.

Ia juga menjelaskan kesalahan input data juga bisa memiliki penyebab lainnya, karena sistem berbasis data rentan terhadap human error. Kemungkinan lainnya meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan berarti tidak mungkin untuk terjadi upaya peretasan oleh hacker.

Kesalahan informasi nilai tukar mata uang di Google, berpotensi untuk menimbulkan dampak luas kepada para pelaku dagang maupun wisatawan. Kerugian finansial bisa saja terjadi karena banyak pebisnis, investor, hingga wisatawan yang bergantung pada Google untuk menentukan kurs sebelum bertransaksi.

Jika informasi yang ditampilkan tidak sesuai dengan nilai tukar pada saat itu, hal ini bisa saja mengakibatkan kerugian finansial dalam skala kecil hingga besar. Jika kesalahan informasi ini terjadi berulang kali dan tidak segera ditangani oleh pihak google, hal ini bisa memicu resiko dipublik.

Baca Juga: Viral! Warga Cek Keaslian Uang Rupiah dengan Cara Dibelah