Menhan Indonesia terima undangan Australia

Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin melakukan pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri Australia, Richard Marles, pada Kamis (5/6/2025). Dalam pertemuan tersebut, keduanya menyatakan ketertarikan untuk mengadakan latihan militer untuk memperkuat hubungan kerja sama militer antara Indonesia dengan Australia.

Latihan militer gabungan ini juga bertujuan untuk memperkuat komitmen kedua negara dalam memaksimalkan potensi Defence Cooperation Agreement (DCA), yang disepakati tahun 2024. Melihat ambisi dan peluang yang bisa dicapai dengan membentuk kerja sama di bidang militer, Australia mengajukan permintaan melakukan latihan bersama Indonesia.

Langkah konkret ini akan menjadi bukti hubungan baik militer Australia dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), dengan melakukan latihan militer bersama di fasilitas Mount Bundey. Marles menyarankan TNI untuk memanfaatkan fasilitas militer yang sudah di sediakan oleh Australia, ketika melakukan latihan yang dilakukan secara unilateral.

Melalui perjanjian kerja sama pertahanan yang terbentuk diantara kedua negara, masing-masing negara mendapatkan akses untuk mengoperasikan fasilitar militer yang disediakan. Dengan menggelar latihan gabungan, kedua negara telah menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dalam menjaga hubungan Bilateral antara Indonesia dengan Australia.

Permintaan Australia

Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, mengungkapkan bahwa permintaan untuk melakukan latihan militer gabungan ini diajukan langsung oleh pihak Australia kepada Indonesia. Menanggapi permintaan Australia, Menhan Indonesia tersebut menyambut permintaan itu dengan baik, karena dianggap bisa memperkuat hubungan Bilateral diantara kedua negara.

Operasi latihan bersama ini akan memperkuat stabilitas keamanan Indonesia di wilayah kawasan, serta memperkuat kerja sama bilateral dengan negara Australia. Latihan berbasis pertahanan udara akan dilakukan di Pulai Morotai, Maluku Utara, memanfaatkan landasan pacu peninggalan Jepang pada Perang Dunia II.

Landasan Pitu Morotai akan digunakan sebagai lokasi pelatihan yang akan di lakukan oleh TNI AU dengan militer angkatan udara Australia. Atas permintaan Australia untuk menggelar latihan militer, TNI menyatakan kesiapan untuk melakukannya di pulau dengan kisah kental dari perang dunia II itu.

Pulau Morotai terdapat landasan pacu yang dibangun oleh tentara Jepang dalam perang dunia ke-2, tepatnya pada tanggal 17 Oktober 1944. Pulau Morotai dianggap sangat cocok untuk menjadi lokasi pelatihan, karena dipulau tersebut terdapat 7 buah landasan pacu yang merupakan peninggalan dari militer Jepang.

Menggunakan Fasilitas Australia

Pada sesi latihan yang dilakukan di Australia, militer Australia mengizinkan TNI untuk menggunakan fasilitas di Mount Bundey, Northen Teritory, Australia. Latihan militer di Mount Bundey akan dijadwalkan pada bulan Oktober 2025, dengan begitu kedua negara memberikan akses saling menggunakan fasilitas.

Marles memberikan izin bagi TNI untuk secara bebas menggunakan fasilitas Australia, sebagai sarana latihan untuk menambahkan pengalaman dalam mengoperasikan persenjataan. Perjanjian ini akan memberikan akses yang lebih luas bagi angkatan pertahanan dari kedua negara untuk menggunakan fasilitas yang sudah disediakan.

Setelah mendapatkan izin untuk menggunakan fasilitar militer Australia secara sepihak, Sjafrie Sjamsoeddin berharap TNI bisa memanfaatkan kesempatan ini semaksimal mungkin. Sebelumnya Indonesia dan Australia sudah pernah menggelar latihan militer besar-besaran bersama, operasi latihan gabungan itu lebih dikenal dengan nama Keris Woomera.

Pada operasi yang melibatkan 2000 personel TNI tersebut, Indonesia berhasil mencatatkan hubungan kerja sama Bilateral terbesar yang dilakukan dengan Australia. Latihan militer ini semakin menunjukkan hubungan yang baik telah terjalin diantara kedua negara, sehingga memperkuat posisi Indonesia di wilayah kawasan.

Hubungan RI-Australia

Kedekatan militer Australia dan Indonesia

Dalam sebuah kesempatan, Marles sempat menyinggung hubungan baik Indonesia dengan Australia yang sudah terjalin sejak lama antara tokoh-tokoh dari kedua negara. Ia juga mengenang kunjungan yang pernah dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Sjafrie Sjamsoeddin ketika menjadi kelompok pertama taruna Indonesia.

Saat itu, keduanya melakukan kunjungan di Royal Military College Duntroon sebagai kelompok pertama taruna militer Indonesia, pada lembaga militer tersebut. Marles sempat mengajak Sjafrie Sjamsoeddin untuk mengenang kunjungan sebelumnya, dengan mendatangi lembaga pelatihan perwira Angkatan Darat Australia dalam waktu dekat.

Kunjungan Sjafrie Sjamsoeddin selanjutnya ke Duntroon akan menjadi bagian dari hubungan diplomasi militer kedua negara yang bersifat simbolis dan emosional. Marles juga menyatakan bahwa Australia akan mempercepat proses dari ratifikasi DCA, meski pemerintah Australia sedang menghadapi jadwal parlemen yang terbatas.

Ia menilai semangat dan implementasi kerja sama militer kedua negara sudah terbentuk bahkan jauh sebelum perjanjian ratifikasi disampaikan secara formal. Australia ingin mewujudkan agenda bilateral yang optimis dan ambisius, dengan memberikan kesempatan bagi TNI dan Militer Australia untuk bekerja sama.

Kerja Sama Bidang Kesehatan

Sebagai bukti hubungan baik Indonesia dengan Australia dibidang selain pertahanan, Marles menyatakan komitmennya untuk memberikan dana sebesar 500.000 USD, untuk mendukung kesehatan militer Indonesia. Marles menyatakan isu pengawasan TNI di wilayah maritim menjadi fokus utama, Australia akan memberikan bantuan guna mendukung upaya TNI melawan malaria.

Baca Juga: Tentara Thailand-Kamboja Terlibat Bentrok di Perbatasan