Eskalasi perperangan di Timur Tengah semakin mengkhawatirkan dunia, setelah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk ikut terlibat dalam beberapa operasi militer. Amerika Serikat dibawah pemerintahan Presiden Donald Trump, melakukan serangan terbuka yang mendukung Israel, dengan membombardir fasilitas nuklir Iran dengan pesawat b-2 dan 12 bom bunker.
Serangan tersebut diumumkan langsung oleh Trump melalui akun media sosial Truth Socialnya, dengan menyebutkan AS telah sukses melenyapkan Fordow, Natanzm dan Ishafan. Trump juga menyatakan, seluruh armada yang ia kerahkan untuk menghancurkan fasilitas Iran telah sukses kembali dengan selamat tanpa kehilangan apapun.
Trump merasa bangga dengan operasi yang sudah dilakukan untuk menghancurkan fasilitas yang paling dijaga Iran yaitu Fordow, menggunakan bom bermuatan penuh. Ia memberikan selamat kepada prajurit yang terlibat dalam operasi ini, dengan menyebutkan tidak ada militer di dunia yang mampu melakukan hal serupa.
Ia juga menyatakan, bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi Iran untuk memohon perdamaian tanpa syarat untuk menghentikan perperangan ini. Para analis memperkirakan bahwa serangan terbuka yang dilakukan oleh AS, berpotensi memicu eskalasi yang serius dengan bergabungnya sekutu-sekutu dekat Iran.
Laporan Resmi Iran
Militer AS menjadikan Fordow yang berada di provinsi Qom sebagai target utama, karena dianggap melanggar perjanjian nuklir yang dibentuk AS. AS mengklaim bahwa fasilitas nuklir tersebut sudah sukses untuk dilenyapkan, namun hal sebaliknya dikabarkan oleh media Iran yang bernama IRNA.
Mereka menegaskan, serangan udara yang dilakukan AS ke fasilitas nuklir mereka tidak memberikan ancaman berarti, hingga mengancam keselamatan warga sipil. Crisis Management Headquaters Qom menegaskan, serangan AS menargetkan Fordow tidak berarti apa-apa, bahkan tidak ada kebocoran atau kerusakan sebagai dampaknya.
Penasihat Ketua Parlemen Iran, Mahdi Mohammadi menjelaskan, fasilitas Fordow sudah dievakuasi jauh hari sebelum penyerangan AS, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mahdi dengan tegas mengatakan, tidak ada pengetahuan yang bisa di bom AS, serta pejudian akan mengalami kepahitan dalam perperangan ini.
Dari laporan yang disampaikan oleh militer Iran, AS diketahui sudah menggunakan bom bunker dengan daya seberat 15.000 Kg bahan peledak. Meski begitu, bom-bom tersebut dinilai tidak akan memberikan dampak apa pun kepada fasilitas Fordow, karena terletak jauh di bawah permukaan bumi.
Sumpah Iran
Atas serangan AS yang menargetkan fasilitas nuklir, Fordow, yang dilakukan pada Minggu (22/6/2025) dini hari, Iran bersumpah akan memberikan balasan. Pemerintah Iran secara tegas menyatakan, militer negaranya akan segera menanggapi serangan yang dilakukan oleh AS dengan mengincar warga AS maupun fasilitas militernya.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan, AS telah menarik tali perang dunia III, Iran tidak takut untuk perang sekarang juga. Ancaman tersebut disampaikan oleh IRGC, militer utama di Teheran, setelah AS dibawah pemerintahan Trump membombardir tiga fasilitas nuklir milik Iran.
Jauh hari sebelum AS memutuskan untuk turun tangan secara langsung kedalam perperangan Timur Tengah, Iran sudah memperingati akan memberikan balasan setimpal. Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh menyatakan, militer Iran akan menargetkan seluruh pangkalan AS yang berada dalam jangkauan rudal balistik Iran.
Kementerian Pertahan Iran telah menetapkan status siaga tinggi, dengan memberhentikan seluruh aktivitas seperti sekolah, tempat kerja, kecuali pada sektor penting. Keputusan Trump untuk membombardir fasilitas Fordow menimbulkan kekhawatiran dunia akan potensi terjadinya perang dunia III, jika sekutu Iran turun tangan.
Kekhawatiran Perang Dunia
Eskalasi perperangan setelah AS memutuskan untuk turun tangan semakin menambah ketegangan, bukan hanya dari serangan balasan yang akan dilancarkan Iran. Para ahli mengkhawatirkan potensi sekutu dekat Iran yaitu Rusia dan China akan ikut turun tangan membantu Iran dalam perperangan.
Rencana Antisipasi Khamenei
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei yang menjadi target dari perperangan dengan Israel diketahui telah bersembunyi ke Bunker dan menyiapkan rencana. Khamenei telah menunjuk tiga orang kandidat yang akan menggantikan posisinya, apabila ia terbunuh oleh militer Israel maupun oleh militer AS.
Langkah darurat tersebut diputuskan Khamenei, demi menjaga keberlangsungan pemimpin Iran dalam membalaskan dendam yang masih belum terbalaskan atas serangan-serangan Zionis. Khamenei diketahui telah memutus seluruh perangkat elektronik dan hanya berkomunikasi dengan ajudan kepercayaannya, serta para komandan militer yang tengah berjuang.
Khamenei sudah menginstruksikan ulama senior yang berwenang untuk memilih pemimpin di Iran, dengan memberikan 3 kandidat yang ia tetapkan sendiri. Namun dari ke-3 kandidat yang dicalonkan Khamenei, putranya yang dianggap sebagai kandidat kuat yaitu Mojtaba Khamenei tidak masuk kedalam daftar.
Langkah ini akan menjaga keamanan pemimpin tertinggi Iran serta mencegah pelacakan, infiltrasi maupun kemungkinan serangan Israel yang menargetkan Khamenei kedepannya. Pejabat Iran saat ini menegaskan, belum ada tanda yang menunjukkan pemberontakan dalam rezim, meski ada tekanan kuat dari elite global.
Baca Juga: KBRI di Iran Tingkatkan Status Siaga ke Level Tertinggi