Aksi unjuk rasa driver ojol

Pengemudi ojek online (ojol) menggelar aksi demo besar-besar yang disebut aksi 205, pada Selasa, 20 Mei 2025, di 14 kota besar di Indonesia. Para driver ojol melakukan aksi unjuk rasa ini sebagai bentuk dari kekecewaan dan ketidakpuasan atas kondisi serta kesejahteraan antara driver dengan aplikator.

Ketua Umum (Ketum) Garda Indonesia, Igun Wicaksono, menyebutkan ada ribuan driver ojol yang ikut berpartisipasi dalam aksi demo ojol ini. Para driver tersebut, diketahui datang dari beberapa wilayah dan sepakat untuk berkumpul pada beberapa titik yang akan dijadikan basecamp komunitas ojol.

Meski banyak driver yang melakukan aksi unjuk rasa ini, ada juga driver yang masih menerima penumpang dan tidak melakukan offbid. Meski tidak ikut dalam aksi demo ini, driver yang masih beroperasi tidak menggunakan atribut khusus dari aplikator sebagai bentuk solidaritas.

Untuk memastikan keamanan dan ketertiban selama aksi demo berlangsung, pihak kepolisian menugaskan personel gabungan untuk menjaga jalanya demo di berbagai kawasan. Personel yang ditugaskan untuk melakukan penjagaan tidak akan membawa senjata api, serta akan melayani para demonstran dengan pendekatan yang ramah.

Penyebab Driver Ojol Melakukan Demo

Aksi demo besar-besaran yang dilakukan oleh driver ojol ini diprakarsai oleh asosiasi Gabungan Roda Dua (Garda) Indonesia sebagai puncak kekecewaan. Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menjelaskan bahwa aksi demo ini adalah tanggapan untuk ketidakpatuhan aplikator terhadap regulasi pemerintah.

Salah satu hal yang dibahas dalam demo ini adalah batasan maksimal biaya sewa aplikasi yang telah diatur dalam Kepmenhub KP 1001 tahun 2022. Dalam Kepmenhub tersebut, sudah ditentukan jumlah maksimal potongan yang bisa dikenakan oleh aplikator, yaitu hingga sebesar 20 persen saja.

Igun mengungkapkan, pihak aplikator sudah secara semena-mena menaikkan biaya potongan jauh lebih tinggi daripada regulasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Pihak aplikator sudah menaikkan jumlah potongan semena-mena lebih dari 2 kali lipat dari bayas maksimal yang ditentukan regulasi hingga 50%.

Kenaikan potongan hingga 50 persen ini sudah dilakukan secara bertahap dan tanpa ada perundingan maupun keterlibatan pengemudi sebagai mitra mereka. Sebelum melakukan aksi demo hingga turun kejalanan, para driver sudah beberapa kali meminta kembali ke regulasi awal, namun tidak ditanggapi.

Tuntutan Driver Ojol Kepada Pemerintah

Tuntutan ojol atas hak regulasi

Gelombang aksi protes ini mengguncang industri transportasi online, dengan ribuan ojol dari berbagai aplikasi menggelar aksi demo dan melakukan offbid. Aksi demo ini diperkirakan akan dihadiri lebih dari 25.000 driver ojol yang ingin menyampaikan rasa kekecewaan atas tindakan semena-mena aplikator.

Pemotongan yang dilakukan secara semena-mena oleh pihak aplikator ini dinilai sangat memberatkan para driver yang mencari penghasilan untuk menghidupi keluarga. Informasi tentang aksi demo ini sudah beredar luas dikalangan pengemudi ojol di Indonesia, melalui berbagai grup chat maupun komunitas ojol.

Keputusan untuk melakukan offbid secara serentrak ini ditujukan sebagai bentuk solidaritas antar driver, serta untuk memberikan ancaman terhadap pihak aplikator. dalam aksi demo ini, driver ojol memiliki 5 tuntutan utama yaitu:

  1. Presiden Dan Menteri Perhubungan wajib memberikan sanksi tegas kepada aplikator yang sudah melanggar
  2. DPR RI harus menggelar RDP gabungan Kemenhub, Asosiasi, Aplikator
  3. Potongan aplikasi harus diturunkan menjadi 10%
  4. Revisi ulang tarif kepada penumpang
  5. Tarif untuk layanan makanan dan pengiriman barang harus ditetapkan secara jelas serta melibatkan asosiasi, regulator, aplikator, dan YLKI.

Personel Gabungan Diturunkan

Untuk melakukan pengamanan, sebanyak 2.554 personel gabungan dari Polri, TNI, dan Pemprov DKI diturunkan untuk mengamankan dua aksi unjuk rasa. Aksi unjuk rasa ini dilakukan di sekitar kawasan Patung Kuda, Monas, dan depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat (Jakpus).

Aksi ini melibatkan beberapa komunitas dan sindikat pengemudi ojol Indonesia, termasuk SEPOI, ASOOI, LKN, SPAI, Lalamover, dan beberapa aplikasi lainnya. Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menjelaskan bahwa personel gabungan diturunkan tanpa ada yang membawa senjata api.

Ia juga memastikan bahwa pengamanan akan dilakukan secara manusiawi dan profesional, tanpa adanya intimidasi dari pasukan yang bertugas menjaga keamanan. Para petugas yang diturunkan akan mengutamakan keamanan serta melayani masyarakat yang kecewa dan ingin menyampaikan aspirasi untuk menuntut keadilan mereka.

Susatyo menambahkan, jajaran yang berada di lapangan harus melayani para demonstran dengan menggunakan pendekatan yang ramah serta menghormati hak-hak mereka. Aksi demo ini dinilai sebagai bagian dari demokrasi yang harus dijaga bersama, karena pemerintahan Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kedaulatan ditangan rakyat.

Himbauan Pihak Kepolisian

Terkait dengan aksi demo yang dilakukan oleh driver ojol, Susatyo menghimbau warga agar tidak melalui kawasan Monas dan Gedung DPR untuk sementara waktu. Dengan melakukan hal tersebut, masyarakat akan terhindar dari kemacetan lalu lintas akibat banyaknya massa yang turun kejalanan untuk melakukan demo.

Saat aksi demo sedang berlangsung, Susatyo mengingatkan para peserta untuk tetap tertib dan tidak memprovokasi satu sama lain serta tidak merusak fasilitas umum. Selain itu, Susatyo juga menjelaskan, jika kepadatan lalu lintas dilapangan sudah melebihi perkiraan maka pengalihan arus akan dilakukan untuk menjaga ketertiban.

Baca Juga: KPK Tidak Menangkap Harun Masiku Meski Tau Keberadaannya