Kasus siswa yang keracunan ketika mengikuti program Makan Bergizi Gratis (MBG) semakin bertambah, serta mendapatkan desakan Indonesia Corruption Watch (ICW). Hingga saat ini, sudah tercatat ratusan siswa yang menjadi korban keracunan setelah memakan menu yang disediakan pada program Makan Bergizi Gratis.
Kualitas makanan yang disediakan disebutkan tidak memenuhi standar gizi, bahkan ada juga yang menemukan kondisi makanan yang disajikan tidak layak. Pada beberapa kesempatan, siswa yang mengikuti program makan bergizi gratis membuang makanan yang mereka dapat, karena rasanya dianggap tidak sedap.
Dibeberapa sekolah juga ketimpangan layanan sering terjadi, dengan diberikannya kualitas makanan yang jauh berbeda antara satu sekolah dengan yang lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan ICW, ditemukan adanya kandungan plastik pada bahan makanan yang disajikan dalam menu MBG kepada siswa.
Bahan kimia yang umum ditemukan pada menu makan bergizi gratis seperti zat yang bisa keluar apabila ditaruh pada wadah panas. Penemuan tersebut menunjukkan kurangnya standarisasi dan kurangnya pemantauan dalam melaksanakan program MBG, sebelum di salurkan kepada siswa dari berbagai sekolah.
Ratusan Siswa Sudah jadi Korban
Sejak program makan bergizi gratis dilaksanakan, setidaknya hingga saat ini sudah ada sederet kasus yang menyebabkan siswa mengalami keracunan makanan. Dinas Kesehatan (Dinkes) menanggapi kasus keracunan makanan ini sebagai kejadian luar biasa (KLB), karena kasus ini sudah menyebabkan ratusan siswa menderita.
Jika mengacu pada kasus makan siang yang dilaporkan, setidaknya ada 260 lebih siswa yang sudah menjadi korban makan bergizi gratis.Ratusan siswa yang menjadi korban MBG, mengaku terkena beberapa gejala yang sama seperti mual, diare, bahkan ada yang sakit perut.
Beberapa kejadian yang paling disorot adalah, kasus yang terjadi di SDN Proyonanggan 5 Batang, Jawa Tengah, dimana 60 siswa menjadi korban. Sebanyak 60 siswa di SDN tersebut mengaku mereka mengalami beberapa gejala seperti mual dan sakit perut, setelah mereka selesai makan.
Kasus keracunan massal juga terjadi di SDN Alaswangi 2, Pandeglang Jawa Barat, dimana sebanyak 40 siswa keracunan setelah mengikuti MBG. Kasus dengan siswa terbanyak lainnya terjadi pada SDN 3 Dukuh, Jawa Tengah, dengan jumlah korban sebanyak 40 orang yang mengaku keracunan.
Ditetapkan Status KLB
Menanggapi banyaknya laporan tentang program MBG, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Sebelum menetapkan status KLB, Dinkes sudah melakukan penelitian, asesmen, serta sudah melakukan penilaian yang berkaitan dengan kasus keracunan yang dilaporkan.
Dinkes juga sempat meneliti, dengan mengambil sampel makanan serta minuman yang disajikan kepada para siswa dari berbagai sekolah di Cianjur. Namun kendati demikian, Dinkes tidak menyebutkan secara detail jenis sampel makanan dan minuman apa yang mereka ambil untuk keperluan laboratorium.
Yusman menegaskan, penanganan siswa yang menjadi korban dari program MBG, harus dilakukan secara komprehensif hingga siswa sembuh total dari keracunan. Sampel makanan dari program MBG yang telah dikumpulkan, akan dilakukan penelitian di Laboratorium Kesehatan yang berada di daerah Jawa Barat.
Dalam melakukan penelitian sampel, waktu pemeriksaan diperkirakan akan cukup memakan waktu yang lama, agar bisa mengetahui hasil menyeluruh dari sampel. Penelitian ini akan membongkar apakah makanan yang disajikan terdapat bakteri berbahaya, atau virus jamur yang berpotensi membahayakan kondisi tubuh korban.
Jamin Warga Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memastikan seluruh korban yang mengalami keracunan akan mendapatkan pelayanan maksimal, hingga kondisi tubuhnya kembali sehat. Selain itu, pengawasan khusus akan dilakukan oleh pihak medis agar bisa selalu memantau kondisi kesehatan dari korban, sebelum mereka di pulangkan.
Bupati Kabupaten Cianjur, Wahyu Ferdian, menjelaskan bahwa pihaknya akan memerintahkan seluruh puskesmas untuk melakukan pendataan bagi para korban yang keracunan. Selain mendata korban di puskesmas, pelayanan juga akan dilakukan pada beberapa sekolah, untuk mengetahui apakah ada korban lain yang keracunan.
Wahyu menjelaskan, langkah tersebut akan memastikan jumlah korban siswa yang keracunan akibat menu MBG akan terdata secara lengkap, tanpa mengabaikan satu pun korban. Wahyu bahkan meminta pihak medis untuk bekerja sama dalam merawat seluruh korban yang mengalami keracunan, hingga mereka bisa melakukan aktivitas kembali.
Pemeriksaan menyeluruh perlu dilakukan pada siswa yang tidak menunjukkan gejala, agar jumlah korban keracunan tidak bertambah secara signifikan di kemudian hari. Untuk saat ini, pihaknya masih berusaha untuk mencari penyebab pasti dari insiden keracunan massal ini, untuk mencegah kejadian serupa terjadi.
Pengakuan BGN
Badan Gizi Nasional (BGN), Mengakui ada kelemahan dalam SOP ketika melaksanakan program MBG, setelah mengetahui banyaknya siswa yang alami keracunan. Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh Kepala BGN, Dadan Hindayana, bahwa pihaknya akan terus melakukan evaluasi terhadap program pemerintah tersebut.
Pihaknya berniat untuk menambahkan SOP baru agar bisa memastikan program bisa berjalan lancar sesuai dengan yang di perkirakan. Salah satu SOP yang ditambahkan pada program MBG adalah, wajib menyisakan sampel makanan yang diduga beracun, agar bisa dilakukan penelitian.
Baca Juga: Terjadi Kericuhan di Kalibata City Akibat WNA Mengamuk