Pemusnahan amunisi tidak layak pakai menjadi sebuah prosedur wajib di dunia militer. Namun apa jadinya jika ledakan tersebut malah menimbulkan korban jiwa dan meninggalkan duka mendalam?. Peristiwa memilukan ini terjadi di Indonesia, tepatnya di Garut, Jawa Barat pada tanggal 12 Mei 2025 pukul 09.30 WIB. Sebanyak 13 nyawa melayang sia-sia dalam insiden ini yang mana mayoritasnya adalah warga sipil.
Seperti apa kronologinya dan kenapa bisa terjadi insiden ledakan?, mengingat tindakan ini dilakukan langsung oleh pihak militer itu sendiri. Apakah pemusnahan amunisi ini telah sesuai dengan prosedur yang berlaku?, atau ada unsur kelalaian?. Untuk lebih jelasnya mari ikuti pembahasan artikel ini sampai tuntas!.
Kronologi Singkat Tragedi
Ledakan pemusnahan amunisi di Garut dilakukan oleh sejumlah personel militer di Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut. Proses ini bukanlah hal baru di dunia militer, amunisi yang sudah tidak layak pakai memang harus dimusnahkan karena sangat berbahaya dan beresiko tinggi.
Setiap amunisi memiliki masa umur pakai dan apabila sudah kadaluwarsa maka harus segera dimusnahkan untuk memastikan keamanan gudang persenjataan serta keselamatan masyarakat sekitar. Awalnya proses pemusnahan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Di mana proses peledakan di lakukan di dalam 2 sumur yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk diisi dengan amnusisi tidak layak pakai.
Setelah semua proses telah dilakukan, personel TNI AD langsung meledakannya menggunakan detonator. Ledakan di 2 sumur ini berjalan mulus dan lancar sesuai dengan yang diperhitungkan. Selanjutnya, tim berencana meledakan detonator yang digunakan pada pemusnahan senjata di 2 lubang sebelumnya dengan cara yang sama tetapi pada lubang yang berbeda.
Satu lubang tersebut memang diperuntukkan untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa dentonator dari amunisi tidak layak pakai tersebut. Namun pada pukul 09.30 tiba-tiba dari dalam lubang terjadi ledakan yang menewaskan 13 orang.
Tragedi Ledakan Di Garut, Jawa Barat
Suara ledakan bukan hal aneh dalam latihan militer, tapi kali ini getarannya terasa berbeda. Asap hitam membumbung tinggi dan suara jeritan kepanikan terdengar jelas dari Jeritan dan kepanikan mulai terdengar dari Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat. Ledakan itu ternyata bukan bagian dari prosedur yang direncanakan, melainkan kecelakaan tragis yang menewaskan 13 orang termasuk personel militer dan warga sipil.
Jatuhnya Korban Jiwa
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, sebanyak 13 orang meninggal dunia yang mana 9 diantaranya merupakan warga sipil, sedangkan 4 lainnya merupakan anggota TNI. Korban jiwa yang mayoritasnya adalah warga sipil sontak mendapat perhatian luas warganet, bagaimana bisa masyarakat biasa bisa menjadi korban ledakan.
Menurut Kpuspen TNI Kristomei Sianturi, warga sipil menjadi korban jiwa karena mereka mendekati lokasi untuk mencari potongan logam yang memiliki nilai jual. Namun naas, ledakan kedua terjadi saat sejumlah warga berkumpul ke lokasi. Dalam sekejap korban langsung tewas ditempat akibat terkena gelombang kejut yang begitu kuat.
Penyebab Ledakan
Hingga kini penyebab pasti dari ledakan tersebut masih dalam tahap penyelidikan pihak TNI. Namun pihak TNI menduga jika ledakan yang terjadi merupakan ledakan susulan yang mana bom tidak sepenuhnya meledak. Meski demikian ini hanya bersifat dugaan sementara, penyebab pastinya masih dalam tahap penyelidikan personel TNI.
Nantinya pihak TNI akan akan transparan saat sudah berhasil mengungkap penyebab pasti tragedi ini, serta menjamin tidak akan ada upaya menutupi kesalahan prosedur. Jika memang terbukti lalai dalam menjalankan tugasnya, pihak TNI yang bertugas siap diproses secara hukum.
Suasana Duka dan Reaksi Publik
Tak butuh waktu lama, kabar duka ini menyebar ke seluruh pelosok negeri. Tagar #GarutBerduka dan #TragediAmunisi langsung menjadi trending topic di berbagai media sosial. Masyarakat Indonesia menunjukkan solidaritas dan empati mereka dengan mengirimkan doa, ucapan belasungkawa, dan dukungan kepada keluarga korban.
Selain itu, banyak warganet yang mengkritik TNI karena tidak mencegah warga sipil mendekati lokasi kejadian. Seharusnya aparat keamanan menghimbau kepada warga untuk tidak mendekati lokasi ledakan karena sangat berbahaya.
Pengamanan area harus lebih diperketat dan tidak boleh ada warga yang mendekati area sampai benar-benar dinyatakan steril dan aman. Di sisi lain Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi juga turut menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga korban dan pihak militer.
Kesimpulan
Kematian 13 orang dalam insiden ledakan garut telah menimbulkan luka mendalam bagi banyak orang, terutama pihak keluarga dan kerabat terdekat. Dari peristiwa ini kita juga dapat belajar bahwa pentingnya menjaga jarak dari lokasi berbahaya seperti tempat pemusnahan amunisi tidak layak pakai.
Selain itu, pihak militer harus memperketat penjagaan dan tidak membiarkan warga sipil mendekati area berbahaya untuk alasan apapun. Harapannya, ini dapat menjadi pelajaran untuk mencegah tragedi serupa di masa mendatang.
Baca Juga : Perayaan Hari Raya Waisak 2025: Tema dan Makna Suci