Serangan memakin Amerika pada kelompok Houthi

Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara yang berdampak fatal di Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada Minggu (20/04/2025) malam. Kelompok Houthi mengonfirmasi serangan yang dilancarkan oleh AS melalui kantor berita Saba yang mereka kelola, pada Senin (21/04/2025).

Dalam laporan tersebut, dilaporkan bahwa serangan yang dilakukan Amerika menghancurkan sebuah pasar, serta merusakan pemukiman yang berada di distrik Farwa. AS melancarkan serangan untuk mengincar beberapa wilayah di bagian tengah Yaman, Provinsi Marib, Hodeida, serta Benteng Houthi di Saada Utara.

Militer AS menyatakan, seluruh serangan udara yang dilakukan adalah bagian dari operasi untuk menghentikan serangan kelompok Houthi yang didukung Iran. Serangan dilakukan oleh militer AS hampir setiap hari dalam sebulan terakhir, untuk menghentikan serangan yang berpotensi mengancam pengiriman nasional diteluk.

Menanggapi serangan beruntun yang dilakukan oleh AS, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan keprihatinan atas serangan yang telah terjadi sebelumnya. Guterres juga menegaskan betapa pentingnya bagi Houthi untuk menghentikan serangan rudal yang mereka lakukan pada Israel, yang menganggu pengiriman barang ke Teluk.

Dampak dan Korban Serangan AS

Pada serangan AS yang menargetkan pelabuhan bahan bakar di Yaman, setidaknya ada 80 korban jiwa, berdasarkan laporan yang disampaikan kelompok Houthi. Serangan tersebut dinilai sebagai operasi yang paling mematikan dalam kampanye yang dilakukan oleh Washington selama 15 bulan, kepada kelompok Houthi.

Militer As mengunggkapkan, serangan yang mereka lancarkan bertujuan untuk memutus pasokan senjata dan anggaran pada kelompok Houthi yang sudah menguasai sebagian besar Yaman. Saluran televisi dibawah pengawasan kelompok Houthi, menampilkan beberapa foto yang menunjukkan kobaran api besar yang menerangi langit malam setelah gempuran.

Deretan serangan yang dilancarkan oleh AS, dinilai lebih agresif di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, untuk menekan agresi kelompok Houthi. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees Alasbahi menyebutkan, tim penyelamat sudah dikerahkan untuk mencari korban di terminal bahan bakar Laut Merah.

Jumlah korban dari serangan yang dilancarkan AS dinilai akan meningkat, saat ini sudah tercatat 80 orang meninggal, serta 150 korban luka. Kelompok Houthi memulai serangan untuk menunjukkan solidaritas kepada Hamas ketika memerangi pasuka Israel yang di dukung oleh AS, di Gaza.

Houthi Targetkan Kapal Induk AS

Kapak Induk As di Laut Merah

Juru Bicara Militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan bahwa kekuatan dan agresi yang dilakukan AS semakin meningkat, sehingga berpotensi memicu bentrokan. Untuk membalaskan serangan yang dilakukan AS, kelompok Houthi mengumumkan pihaknya akan menargetkan 2 kapal induk AS dan akan menyerang Israel.

Kelompok bersenjata Houthi menyatakan akan mengincar kapal induk AS, USS Harry Truman dan kapal pengawalnya yang sedang berada dilaut merah. Yahya mengucapkan, serangan yang ditujukan pada kapal induk AS adalah respon terhadap agresi yang dilakukan militer AS di bawah Trump.

Yahya menyatakan, operasi tersebut adalah operasi ketiga dalam 24 jam terakhir, yang dilakukan oleh kelompok Houthi menggunakan rudal dan drone. Selain kapal induk AS, kapal-kapal Israel dilarang untuk berlayar melewati Laut Merah, hingga teroris Israel menghentikan aksi genosida di Palestina.

Setelah kelompok Houthi menyatakan akan melakukan serangan rudal untuk menargetkan 2 kapal induk AS, militer Israel merespon , mereka sudah mencegat rudal. Para pengunjuk rasa di Iran menyuarakan kekesalan mereka atas operasi gencatan senjata yang terjadi, dengan menyebutkan “matilah Amerika!, matilah Israel!.

Tujuan Houthi

Kelompok Houthi bersumpah akan menambahkan kekuatan untuk menyerang kapal komersial AS, jika AS terus melakukan serangan udara di Laut Merah. Kawasan disekitar Laut Merah saat ini semakin memanas, dengan beberapa serangan rudal dan drone nirawak dari angkatan bersenjata kelompok Houthi.

Dengan rangkaian serangan yang dibentuk oleh kelompok Houthi, mereka berhasil untuk memaksa pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat dan Israel untuk kembali. Menanggapi ancaman kelompok Houthi, Komando Pusat AS mengatakan bahwa mereka akan melakukan operasi militer besar-besaran, mengacu pada serangkaian serangan udara.

Pada hari Senin, AS melancarkan 6 serangan udara yang menargetkan pabrik pemintalan kapas di Yaman Barat, dan sebuah Gedung Kegubernuran. Menanggapi tujuan Houthi yang menekan pengaruh militer AS di Laut Merah, Trump bersumpah akan melanjutkan serangan udara hingga Houthi berhenti.

Militer AS menyebutkan, kelompok bersenjata Houthi sudah menyerang kapal-kapal mereka yang berkaitan dengan Israel, di Laut Merah dan Laut Arab. Gencatan senjata antar kelompok di Gaza sempat dihentikan, ketika Israel dan kelompok Hamas di Palestina mendeklarasikan perdamaian pada 19 Januari.

Peringatan Houthi

Saat Israel memutuskan untuk memblokir seluruh bantuan yang mereka salurkan ke Gaza, mereka mengancam akan melanjutkan serangan kepada pasukan Israel. Israel diperingatkan agar mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki jalur Gaza dalam waktu 4 hari, atau Houthi akan melakukan operasi maritim terhadap kapal-kapak miliki Israel.

Baca Juga: Dampak Dibatalkannya Pemesanan Pesawat Boeing oleh China