Boeing Menarik Pesawat dari China

Akibat ketegangan dalam perang tarif yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dengan China, Boeing terpaksa menarik kembali pesawat yang telah dikirimkan ke China. Hal tersebut dilaporkan dalam media perdagangan The Air Current, pesawat telah sampai di Zhousan, China, namun harus kembali ke AS.

Boeing saat ini sedang dalam tekanan besar dalam menanggapi kebijakan tarif impor dari kedua negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar. Pemerintahan China sebelumnya sudah memerintahkan maskapai domestik mereka untuk menghentikan pemesanan pesawat komersial baru dari perusahaan Boeing, serta membatalkan pesawat yang sudah dipesan.

Pesawat yang sudah dikembalikan dari fasilitas Boing Zhousan, China, ke AS adalah pesawat bertipe Jet 737 Max yang tiba sejak Maret. Total sudah ada 3 pesawat yang dikirimkan ke China, namun 1 pesawat telah ditarik kembali ke AS, karena batalnya kesepakatan.

Dengan adanya rantai pasok yang kompleks, biaya produksi yang harus ditanggung AS, terancam melonjak akibat tarif impor komponen pada Boeing. CEO Boeing sebelumnya sudah memperingatkan, perang tarif ini bisa meningkatkan biaya produksi, serta menganggu rantai pasokan yang dikelola perusahaan Boeing.

Bagian Penting dari Ekonomi AS

Boeing adalah perusahaan yang sangat penting bagi AS dalam mendorong perkembangan ekonomi di negara tersebut, dengan menyumbang sekitar USD 79 miliar. Selain itu, Boeing juga menyediakan sebanyak 1,6 juta lapangan kerja secara langsung maupun tidak langsung, untuk 150.000 karyawan di AS.

Sejak tahun 2018, perusahaan tersebut sudah mencatatkan kerugian biaya operasional sebesar USD 51 miliar selama 6 tahun, dalam laporan laba tahunan. Boeing menganalisis bahwa China akan menjadi pasar pembelian pesawat terbesar di dunia, selama 20 tahun kedepan dengan pesanan 8.830 pesawat.

Sebelum perang tarif dilakukan oleh AS dan China, perusahaan Boeing sudah mencatatkan penurunan laba penjualan selama bertahun-tahun dari pasar China. Dalam periode pertama pemerintahan Presiden Trump, Boeing sudah menerima sebanyak 122 pesanan pesawat dari China pada tahun 2017 hingga 2018.

Namun enam tahun sejak itu, Boeing hanya menerima 28 pesanan, dimana sebagian besar hanya pesawat kargo dan perusahaan penyewaan pesawat. Kecelakaan fatal yang terjadi pada akhir 2018 dan awal 2019, diduga menjadi salah satu penyebab pemberhentian pesanan pesawat penumpang China.

Pidato CEO Boeing

Ceo dari Perusahaan Boeing

Dalam sidang senat yang dilakukan pada awal bulan April 2025, CEO Boeing, Kelly Ortberg menegaskan, tarif impor membawa dampak negatif. Ia menyebutkan bahwa Boeing harus memperoleh sebagian komponen pesawat dari beberapa negara termasuk China, serta menjual pesawatnya ke luar negeri.

Hal itu ia sebutkan dengan maksud, apabila tarif impor Trump tetap diberlakukan, Boeing akan merugi 2x, dengan naiknya biaya produksi. Selain mengalami penaikan biaya produksi yang signifikan dalam biaya produksi, tingkat penjualan pesawat Boeing juga terancam menurun karena mahalnya biaya.

Kelly menegaskan, untuk menjaga kestabilan perusahaan, Boeing sangat memerlukan perdagangan bebas agar bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan pesawat keluar negeri. Sangat penting bagi Boeing untuk tetap memiliki akses pasar yang luas, serta tidak terjebak dalam situasi pasar yang lebih tertutup.

China adalah salah satu pasar penerbangan yang mengalami perkembangan paling pesat di dunia, serta dinilai menjadi peluang manis bagi Boeing. Kelly bahkan memprediksi, China akan menguasai setidaknya 20% lalu lintas udara global pada pesawat komersialnya dalam waktu 20 tahun kedepan.

Boeing Membutukan Kas

Walaupun tahun ini adalah tahun yang penuh tekanan bagi perusahaan Boeing, Kelly menyebutkan bahwa Aercap telah melihat peningkatan dalam kualitas. Ia menekankan, yang paling dibutuhkan untuk memproduksi pesawat jet komersial adalah uang tunai agar bisa mengirimkan pesawat yang telah dipesan.

Saham Boeing Anjlok

Sejak konflik tarif impor AS dan China memanas, China memerintahkan seluruh maskapai domestik mereka untuk memberhentikan seluruh pesawat dari Boeing. Usai Bloomberg memberitakan bahwa pemerintah China sudah memerintahkan seluruh maskapai domestik mereka untuk menghentikan pemesanan pesawat Boeing yang baru, saham boeing alami penurunan secara signifikan.

Menanggapi sentimen negatif pada pasar saham AS, perusahaan Boeing alami penurunan sebesar 2,39 persen dengan diperdagangkan pada level USD 155. Baik pemerintah China, Boeing.co, serta Gedung Putih masih belum memberikan tanggapan tentang kelanjutan dari kesepakatan pengiriman pesawat Boeing ke China.

Presiden Trump sebelumnya sempat menyatakan pada akun media sosialnya, bahwa China telah membatalkan kesepakatan besar secara sepihak pada perusahaan Boeing. Langkah China dinilai akan menjadi pukulan besar bagi perusahaan eksportir terbesar AS, serta akan mempengaruhi ekonomi Amerika Serikat secara signifikan.

Harga saham dari perusahaan Boeing sangatlah rentan menghadapi seluruh sengketa perdagangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan mitra mereka China. Tidak seperti perusahaan multinasional AS lainnya, Boeing merakit hampir seluruh pesawatnya di pabrik-pabrik AS, sebelum mengirim pesawat komersialnya diluar Amerika.

Baca Juga: Langkah Agresif Trump Menaikkan Tarif Impor China Jadi 245%